Situs Sejarah Doro Bata Dompu
Situs Sejarah Doro Bata Dompu |
Situs Doro Bata Dalam Sejarah Dompu
Doro Bata adalah sebuah Situs Sejarah yang dilindungi. Bukit yang letaknya di bagian Selatan Kota Dompu atau tepatnya di Kelurahan Kandai I itu, sepintas tampak tidak berbeda dengan bukit-bukit lainnya. Namun Mitos di balik tampilanya yang biasa-biasa itulah yang membuatnya menarik untuk dilirik, bahkan seorang Guru Besar Antropologi Universitas Indonesia Prof. GJ. Held bersama asistennya Koentjaraningrat tertarik untuk melakukan penelitian di Doro Bata pada tahun 1954.Kemudian di tahun 1968, warga Kandai I melakukan penggalian di area Doro Bata untuk mengambil batu sebagai bahan pembangunan Masjid. Dari hasil pengamatan , bisa terlihat adanya susunan bata-bata yang teratur rapi mirip bangunan berbentuk segiempat. Jadi dapat disimpulkan, Doro Bata yang berukuran kurang lebih 20 x 30 m adalah tanah yang menimbun sebuah bangunan.
Kemudian pada tahun 1973, dilakukan survey resmi oleh team Kepurbakalaan Dep Dik Bud Jakarta. Dari hasil survey tersebut dapat diungkap beberapa hal di bawah ini :
- Doro dalam bahasa daerah Dompu berarti Bukit/Gunung. Lokasinya berada di bagian Selatan Kota dompu. Tepatnya di Kelurahan Kandai I. Situs ini telah lama dikenal masyarakat dari cerita yang diwariskan secara turun temurun, bahkan bata-bata yang diperoleh dengan cara menggali di Doro Bata telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan oleh warga. terdapat susunan bata-bata merah. Pada bagian atas dari Doro Bata dierdapat sebuah sumur dari Batu sedalam 65 cm.
- Setelah ditemukannya benda-benda bernilai Sejarah di sekitar Doro Bata, maka oleh Pemerintah sejak tahun 1968 melarang warga untuk melakukan penggalian liar lagi.
- Doro Bata juga menjadi sebuah tempat peristirahatan bagi keluaga Sultan. Terdapat sungai yang mengalir di bawah bukit bernama Sori (Sungai) Lio. Lio artinya Naga, lambang dari Kerajaan Dompu. Sungai itu dulunya menjadi tempat mandinya putri-putri Raja.
- Seorang tukang kebun yang sebelumnya pernah mengalami mimpi aneh menemukan beberapa keramik berupa, guci, Cupu (Tempat Perhiasan), cangkir, piring, saat sedang menggarap kebunnya di Dorongao, tidak jauh dari Doro Bata. Barang-barang temuan tersebut selanjutnya diamankan di Polres Dompu.
- Doro Bata merupakan Istana yang ditimbun. Dibangun oleh Sultan Syamsuddin dan dulunya merupakan Ibu Kota Kerajaan sebelum akhirnya dipindahkan ke lokasi Masjid Agung Baiturrahman oleh Sultan Abdurrasul II.
- Tempat bersemayamnya atau dikuburnya Sultan Abdurrasul II (Manuru Bata). MANURU dapat diartikan sebagai tempat bersemayamnya atau bisa juga diartikan sebagai tempat dikuburkannya seorang Sultan.
- Sumur sedalam 65 cm yang letaknya di atas Doro Bata memiliki cerita mistis tersendiri. Konon sumur ini bisa memancarkan air bertuah yang dipergunakan oleh masyarakat untuk mengobati beberapa penyakit. Setelah melakukan ritual Toho Ra Dore untuk menggugah Parafu yang menjaga sumur tersebut, maka jika beruntung atau mendapat simpati dari Parafu penunggu Sumur, dari dalam sumur akan memancar keluar air yang dipinta oleh pemohon. Jika salah melengkapi Sesajian yang menjadi persyaratan ritual, maka keinginan pemohon bisa-bisa tidak dikabulkan. Air yang diyakini bisa menyembuhkan berbagai penyakit itu dipergunakan untuk memandikan si sakit.
Misteri ini hanya bisa diungkap dengan melakukan penggalian terhadap Situs Doro Bata. Namun hal ini pastinya membutuhkan biaya, tenaga, dan pikiran yang tidak sedikit.
Penelitian Situs Doro Bata
Penelitian di Situs Dorobata telah berlangsung beberapa tahap, hingga saat ini sudah 16 tahap yang dilaksanakan pada bagian lereng dan areal puncak bukit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap bentuk, ruang, waktu, fungsi, dan makna Situs Doro Bata. Pengumpulan data akan dilakukan melalui observasi dengan teknik ekskavasi, studi pustaka, dan wawancara, kemudian dianalisis secara spesifik, himpunan, konteks, komparatif. Dari seluruh tahapan penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa Bukit Dorobata berbentuk teras dengan tujuh undakan dan sebuah tangga masuk dari arah barat, dan pada bagian puncaknya ditemukan struktur pondasi yang diduga sebagai pondasi bangunan dengan konstruksi kayu.
Temuan yang berhasil ditemukan pada bagian puncak teras ini berupa batu bata berukuran besar berbingkai sisi genta, ada pula yang salah satu sisinya berbentuk setengah lingkaran dan bata bertias miring, yang semuanya itu lazim terdapat pada bangunan candi yang memiliki hiasan relief. Selain itu ditemukan pula fragmen pedupaan, kendi, kereweng, keramik, uang kepeng yang cenderung digunakan sebagai sarana upacara. Temuan yang sangat menarik lainnya adalah nisan polos dan berhias yang dikelilingi oleh struktur bata persegi empat panjang di atas bukit Dorobata yang diduga jirat kubur, merupakan indikasi pemakaman masa Islam.
Hal tersebut memperkuat dugaan para budayawan Dompu yang mengungkapkan bahwa situs ini merupakan pusat kekuasaan pada akhir masa ssHindu-Buddha dan awal masa Islam. Dugaan ini diperkuat dengan catatan Raffles bahwa pada tahun 1815 akibat letusan Gunung Tambora Istana Bata di Dorobata dipindahkan ke sebelah utara Sungai Nae, yang lokasinya sekarang berada di areal Masjid Raya Baiturrahman, Dompu. Bangunan ini pada masa Prasejarah berfungsi sebagai media pemujaan leluhur, masa Hindu-Buddha juga memiliki fungsi sebagai media pemujaan, dan Masa Islam diduga sebagai istana dan pemakaman.
sumber :http://dompunyasejarah.blogspot.com
http://balaiarkeologibali.kemdikbud.go.id/id/informasi/berita/penelitian-situs-doro-bata-tahun-2018
Temuan yang berhasil ditemukan pada bagian puncak teras ini berupa batu bata berukuran besar berbingkai sisi genta, ada pula yang salah satu sisinya berbentuk setengah lingkaran dan bata bertias miring, yang semuanya itu lazim terdapat pada bangunan candi yang memiliki hiasan relief. Selain itu ditemukan pula fragmen pedupaan, kendi, kereweng, keramik, uang kepeng yang cenderung digunakan sebagai sarana upacara. Temuan yang sangat menarik lainnya adalah nisan polos dan berhias yang dikelilingi oleh struktur bata persegi empat panjang di atas bukit Dorobata yang diduga jirat kubur, merupakan indikasi pemakaman masa Islam.
Hal tersebut memperkuat dugaan para budayawan Dompu yang mengungkapkan bahwa situs ini merupakan pusat kekuasaan pada akhir masa ssHindu-Buddha dan awal masa Islam. Dugaan ini diperkuat dengan catatan Raffles bahwa pada tahun 1815 akibat letusan Gunung Tambora Istana Bata di Dorobata dipindahkan ke sebelah utara Sungai Nae, yang lokasinya sekarang berada di areal Masjid Raya Baiturrahman, Dompu. Bangunan ini pada masa Prasejarah berfungsi sebagai media pemujaan leluhur, masa Hindu-Buddha juga memiliki fungsi sebagai media pemujaan, dan Masa Islam diduga sebagai istana dan pemakaman.
sumber :http://dompunyasejarah.blogspot.com
http://balaiarkeologibali.kemdikbud.go.id/id/informasi/berita/penelitian-situs-doro-bata-tahun-2018
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar