Tujuan, Fungsi Dan Manfaat Menulis
ilustrasi menulis pic:pixabay |
Saudara, apakah yang terbayang dalam pikiran Anda ketika mendengar kata menulis atau mengarang? Ya, suatu aktivitas menuangkan pikiran secara sistematis ke dalam bentuk tertulis. Atau, kegiatan memikirkan, menggali, dan mengembangkan suatu ide dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Apa pun rumusan pengertian yang Anda kemukakan, menulis merupakan suatu bentuk komunikasi berbahasa (verbal) yang menggunakan simbol-simbol tulis sebagai mediumnya.
Sebagai sebuah ragam komunikasi, setidaknya terdapat empat unsur yang terlibat dalam menulis. Keempat unsur itu adalah (1) penulis sebagai penyampai pesan, (2) pesan atau sesuatu yang disampaikan penulis, (3) saluran atau medium berupa lambang-lambang bahasa tulis seperti rangkaian huruf atau kalimat dan tanda baca, serta (4) penerima pesan, yaitu pembaca, sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh penulis.
fungsi dan tujuan menulis
Lalu, apakah fungsi dan tujuan menulis? Sebagai sebuah kegiatan berbahasa, menulis memiliki sejumlah fungsi dan tujuan berikut.
1. Fungsi personal, yaitu mengekspresikan pikiran, sikap, atau perasaan pelakunya, yang diungkapkan melalui misalnya surat atau buku harian.
2. Fungsi instrumental (direktif), yaitu mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain
3. Fungsi interaksional, yaitu menjalin hubungan sosial
4. Fungsi informatif, yaitu menyampaikan informasi, termasuk ilmu pengetahuan
5. Fungsi heuristik, yaitu belajar atau memperoleh informasi
6. Fungsi estetis, yaitu untuk mengungkapkan atau memenuhi rasa keindahan
Pelbagai fungsi dan tujuan tersebut tidak selalu hadir sendiri-sendiri, Artinya, dalam suatu kegiatan menulis dapat terkandung lebih dari satu fungsi. Sebagai contoh, ketika kita menulis sebuah artikel tentang "Pengaruh donor darah bagi pemeliharaan kesehatan pendonor", maka tulisan tersebut akan menjelaskan fungsi donor darah bagi si pendonor (fungsi informatif). pesan agar mendonorkan darah secara rutin (fungsi instrumental), serta sikap dan pandangan positif penulis terhadap perilaku donor darah (fungsi personal).
Manfaat Menulis
Saudara, kita semua tahu bahwa menulis itu besar manfaatnya, baik bagi diri sendiri maupun orang lain yang membacanya. Graves (1978), salah seorang tokoh yang banyak melakukan penelitian tentang pembelajaran menulis, menyampaikan manfaat menulis sebagai berikut.
1. Menulis Mengembangkan Kecerdasan
Menurut para ahli psikolinguistik, menulis merupakan suatu aktivitas kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan mengharmoniskan berbagai aspek, seperti pengetahuan tentang topik yang dituliskan, kebiasaan menata isi tulisan secara runtut dan mudah dicerna, wawasan dan keterampilan meracik unsur-unsur bahasa sehingga tulisan menjadi dan enak dibaca, serta kesanggupan menyajikan tulisan yang sesuai dengan konvensi atau kaidah penulisan. Untuk dapat menulis seperti itu. maka seorang calon penulis di antaranya memerlukan kemauan dan kemampuan
a. mendengar, melihat, dan membaca yang baik;
b. memilah, memilih, mengolah, mengorganisasikan, dan menyimpan informasi yang diperolehnya secara kritis dan sistematis:
c. menganalisis sebuah persoalan dari berbagai perspektif,
d memprediksi karakter dan kemampuan pembaca; serta
e. menata tulisan secara logis, runtut, dan mudah dipahami.
Tumbuh-kembangnya kemampuan tersebut sekaligus mengasah pula daya pikir dan kecerdasan seseorang yang mau belajar menulis atau mengarang. Tidak heran jika Cunningham, dkk.(1995) secara tegas menyatakan bahwa menulis adalah berpikir. Dalam menulis terdapat sembilan proses berpikir sebagai berikut:
a. Mengingat apa yang telah dipelajari, dialami, dan diketahui sebelumnya. yang tersimpan dalam rekaman ingatan seorang penulis berkenaan dengan apa yang ditulisnya.
b. Menghubungkan apa yang telah dipelajari, dialami, dan diketahui sebelumnya, yang berkaitan dengan sesuatu yang ditulis seseorang. sehingga berbagai informasi itu saling terkait satu sama lain dan membentuk satu keutuhan. Mengingat dan menghubungkan merupakan aktivitas berpikir yang tampaknya terjadi secara bersamaan. Otak kita biasanya mengingat pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki terlebih dahulu. Baru kemudian menghubungkan pengetahuan dan pengalaman baru yang diperoleh dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah ada.
c. Mengorganisasikan informasi/pengetahuan yang dimiliki sehingga mempermudah penulis untuk mengingat dan menatanya dalam menulis.
d. Membayangkan ciri atau karakter dari apa yang telah diketahui dan . dialami sehingga tulisan menjadi lebih hidup.
e. Memprediksi atau meramalkan bagian tulisan selanjutnya, ketika menyusun bagian tulisan sebelumnya. Perilaku berpikir ini akan menjadikan tulisan yang dihasilkan mengalir dengan lancar, runtut, dan logis
f. Memonitor atau memantau ketepatan tataan dan kaitan antarsatu bagian tulisan dengan bagian tulisan lainnya.
g. Menggeneralisasikan bagian demi bagian informasi yang ditulis ke dalam sebuah kesimpulan.
h. Menerapkan informasi atau sebuah kesimpulan yang telah disusun ke dalam konteks yang baru.
i. Mengevaluasi apakah seluruh informasi yang diperlukan dalam tulisan
telah cukup memadai, memiliki hubungan yang erat satu sama lain schingga membentuk satu kesatuan tulisan yang sistematis dan logis. serta dikemas dalam penataan dan pembahasaan yang mudah dipahami dan menarik.
2. Menulis Mengembangkan Daya Inisiatif dan Kreativitas
Dalam kegiatan membaca, seorang pembaca dapat menemukan segala hal yang diperlukan, yang tersedia dalam bacaan. Sebaliknya, dalam menulis seseorang mesti menyiapkan dan menyuplai sendiri segala sesuatunya isi tulisan, pertanyaan dan jawaban, ilustrasi, pembahasaan, serta penyajian tulisan. Supaya tulisan menarik dan enak dibaca maka apa yang dituliskan harus ditata sedemikian rupa sehingga logis, sistematis. dan tidak membosankan.
Untuk dapat menghasilkan tulisan seperti itu, maka seorang penulis harus memiliki daya inisiatif dan kreativitas yang tinggi. Ia harus mencari menemukan, dan menata sendiri bahan atau informasi dari berbagai sumber, yang terkait dengan topik yang akan ditulisnya. Ia harus mempelajari membaca, dan memilih sumber-sumber itu, serta menyistematiskan hasil bacanya. Ia harus membuat atau menemukan contoh dan ilustrasi yang membuat tulisannya kian jelas dan menarik la harus memilih struktur bahasa dan kosakata yang paling tepat, sesuai dengan maksud yang ingin disampaikannya. Ia berulang kali harus mencoba dan menemukan cara untuk memulai dan mengakhiri tulisannya dengan enak. Pelbagai aktivitas itu jika terus-menerus dilatih dengan sendirinya dipastikan akan dapat memicu tumbuh-kembang daya inisiatif dan kreativitas seorang penulis.
3. Menulis Menumbuhkan Kepercayaan Diri dan Keberanian
menulis membutuhkan keberanian. Betulkah? Menulis ibarat mengemudi kendaraan. Orang yang telah mengetahui seluk beluk mengemudi mobil, bahkan sudah memiliki SIM, tidak serta merta ia dapat mengemudikan mobil. la perlu keberanian dan menepis berbagai kekhawatiran, seperti khawatir salah menginjak gas, menyerempet atau menabrak orang atau kendaraan lain mati mesin mendadak di tengah jalan.
Hal yang sama terjadi dalam menulis. Begitu banyak kekhawatiran dan bayangan buruk menghinggapi kepala orang dalam menulis. Misalnya, malu jika hasilnya jelek, khawatir salah menyampaikan sehingga dapat menyinggung orang lain, takut tulisannya ditertawakan orang, dan berbagai macam kecemasan lainnya
Saudara, menulis memerlukan keberanian. la harus berani menampilkan pemikirannya, termasuk perasaan, cara pikir, dan gaya tulis, serta menawarkannya kepada orang lain. Konsekuensinya, dia harus memiliki kesiapan dan kesanggupan untuk melihat dengan jernih segenap penilaian dan tanggapan apa pun dari pembacanya, baik yang bersifat positif maupun negatif. Penilaian atau tanggapan dari orang lain justru merupakan masukan atau pupuk bagi penulis untuk dapat memperbaiki kemampuannya dalam menulis.
4. Menulis Mendorong Kebiasaan serta Memupuk Kemampuan dalam Menemukan, Mengumpulkan, dan Mengorganisasikan Informasi
Hasil pengamatan dan pengalaman selama ini menunjukkan bahwa penyebab orang gagal dalam menulis adalah karena ia sendiri tidak tahu apa yang akan ditulisnya. la tidak memiliki
informasi yang cukup tentang topik yang akan ditulis, serta malas mencari informasi yang diperlukannya. Pada awalnya, seseorang menulis karena ia memiliki ide. gagasan, pendapat, atau sesuatu yang menurut pertimbangannya penting untuk disampaikan dan diketahui oleh orang lain. Tetapi, kerap informasi yang dimiliki tentang isi tulisan tidak dimiliki dengan cukup.
Kondisi tersebut akan mendorong seseorang untuk mencari mengumpulkan, menyerap, dan mempelajari informasi yang diperlukan dari berbagai sumber yang dimaksud sumber di sini dapat berupa: (a) bacaan (buku, artikel, jurnal, laporan penelitian, data statistik dari media cetak atau internet) yang informasinya diperoleh melalui kegiatan membaca (b) rekaman atau siaran yang informasinya digali melalui kegiatan melihat dan/atau menyimak. (c) orang yang informasinya dijaring melalui diskusi, tanya jawab, atau wawancara, serta (d) alam atau lingkungan yang ditangkap melalui pengamatan.
Berdasarkan sumber-sumber itu seseorang akan memperoleh informasi yang diperlukannya dalam menulis. Lalu, bagaimana menyerap pelbagai informasi yang begitu banyak jumlah dan ragamnya? Menyerap informasi dengan tujuan sekadar dirinya tahu pasti berbeda dengan menyerap informasi yang bertujuan untuk diolah dan disampaikan kembali kepada orang lain. Di mana letak perbedaannya?
Bagi penulis (juga pembicara), informasi yang diperoleh tidak sekadar untuk dipahami, tetapi juga supaya dapat diingat dan digunakannya kembali bila diperlukan dalam menulis atau mengarang Implikasinya, dia akan menerapkan pelbagai strategi agar informasi yang diperoleh terjaga dan tertata sedemikian rupa sehingga ketika diperlukan mudah dicari dan dimanfaatkan, tanpa harus membaca ulang semua bacaan yang pernah dipelajari sebelumnya. Nah, motif dan perilaku seperti itu akan mempengaruhi minat, kesungguhan, dan keterampilan seseorang dalam mengumpulkan dan mengolah informasi.
Keterampilan menulis, M. Yunus dkk.2013, UT, Hal. 1.3
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar