Teori kognitif sosial (Albert bandura) Tentang Pendidikan
Teori kognitif sosial (Albert bandura)
Albert bandura fokus pada teori kognitif sosial; teori yang menonjolkan gagasan bahwa sebagian besar pembelajaran manusia terjadi dalam sebuah lingkungan sosial. Dengan mengamati orang lain, manusia memperoleh pengetahuan, aturan-aturan, keterampilan-keterampilan, strategi-strategi, keyakinan-keyakinan, dan sikap-sikap. Individu-individu juga melihat model-model atau contoh-contoh untuk mempelajari kegunaan dan kesesuaian perilaku-perilaku dan akibat-akibat dari perilaku-perilaku yang dimodelkan, kemudian mereka bertindak sesuai dengan keyakinan-keyakinan tentang kemampuan-kemampuan mereka dan hasil-hasil yang diharapkan dari tindakan-tindakan mereka.
albert Bandura lahir pada 4 Desember 1925 di Mundare, kota kecil di Alberta, Canada. Dia mendapat gelar B. A. dari University of British Columbia, kemudian M. A. pada 1951 dan Ph.D. pada 1952 dari University of iowa. Dia ikut magang pascadoktoral di Wichita Guidance Center pada 1953 dan kemudian bergabung di Stanford University. Pada 1969-1970 dia sempat di Center for the Advanced Study in the Behavioral Sciences behavioral Sciences. Bandura kini menjabat sebagai David Starr Jordan Professor of Social Science di Fakultas Psikologi di Universitas Stanford.
Di antara penghargaan yang pernah diterimanya adalah Guggenheim Fellowship, 1972 Distinguished Scientist Award dari Divisi 12 American Psychological Association, 1972 Distinguished Scientific Achievement Award fsti California Psychological Association, 1973 Presidency of the American Psychological Association, 1974; James McKeen Cattell Award, 1977; dan James McKeen Catell Fellow Award dari American Psychological Society, 2003-2004 Selain itu, Bandura menjabat berbagai posisi di beberapa masyarakat ilmiah dan menjadi anggota dewan editor untuk sekitar 17 buah jurnal ilmiah.
Saat di University of iowa, Bandura dipengaruhi oleh Kenneth Spence, seorang teoretisi Hullian terkemuka, tetapi minat utama Bandura adalah psikologi klinis. Pada saat itu, Bandura ingin menjelaskan gagasan yang dianggap efektif dalam psikoterapi dan kemudian menguji dan memperbaiki gagasan itu. Pada periode ini pula Bandura membaca buku Social Learning and Imitation karya Miller dan Dollard (1941). Buku ini amat memengaruhi dirinya.
Bandura merumuskan sebuah teori pembelajaran observasional yang menyeluruh yang ia kembangkan untuk mencakup penguasaan dan praktik dari bermacam macam keterampilan, strategi, dan perilaku. Prinsip-prinsip kognitif sosial telah diaplikasikan dalam pembelajaran keterampilan keterampilan kognitif, motorik, sosial, dan pengaturan-diri, dan juga dalam topik topik kekerasan (secara langsung, melalui film), perkembangan moral, pendidikan, kesehatan, dan nilai-nilai sosial (Zimmerman & Schunk, 2003)
•PENJELASAN BANDURA TENTANG BELAJAR OBSERVASIONAL
Menurut Bandura, belajar observasional mungkin menggunakan imitasi atau mungkin juga tidak. Misalnya, saat mengendarai mobil di jalan Anda mungkin melihat mobil di depan Anda menabrak tiang, dan berdasarkan observasi ini Anda mungkin akan berbelok untuk menghindarinya agar tidak ikut menabrak. Dalam kasus ini Anda belajar dari observasi Anda, namun Anda tidak meniru apa yang telah Anda amati. Apa yang Anda pelajari, kata Bandura, adalah informasi, yang diproses secara kognitif dan Anda bertindak berdasar informasi ini demi kebaikan diri Anda. Jadi, belajar observasional lebih kompleks ketimbang imitasi sederhana, yang biasanya hanya berupa menirukan tindakan orang lain.
Bandura tidak setuju dengan pendapat Miller dan Dollard mengenai belajar observasional, yang dideskripsikannya sebagai kasus khusus pengkondisian instrumental. Penjelasan Bandura mirip dengan penjelasan Tolman di mana mereka diasumsikan bahwa belajar bersifat terus-menerus dan tidak bergantung pada penguatan. Menurut Bandura dan Tolman, penguatan adalah variabel performa bukan variabel belajar. Penguatan langsung dan tak langsung memberikan informasi tentang perilaku apa yang akan mendapatkan penguatan dalam berbagai situasi; ketika dibutuhkan, informasi ini diterjemahkan ke dalam perilaku. Jadi, penguatan memberikan informasi yang memungkinkan pengamat untuk memperkirakan adanya penguatan jika mereka berbuat dengan cara tertentu. Menurut Bandura, penguatan tidak langsung memperkuat respons yang menghasilkannya. Dalam kenyataannya, banyak proses belajar manusia terjadi tanpa adanya penguatan langsung. Proses belajar manusia biasanya terjadi dengan mengamati konsekuensi dari perilaku model. Belajar tak langsung ini dimungkinkan karena manusia memiliki kapasitas untuk membuat simbol dan menyimpan informasi dan kemudian bertindak pada waktu yang lain berdasarkan informasi itu.
Empat proses utama dianggap memengaruhi jalannya belajar observasional: proses atensional, yang menentukan aspek mana dari situasi modeling yang akan diperhatikan; proses retensional, yang melibatkan pengkodean informasi secara imajinal dan verbal sehingga bisa disimpan dan dipakai di waktu mendatang; proses pembentukan perilaku, yang melibatkan kemampuan untuk memberi respons yang dibutuhkan untuk menerjemahkan hal-hal yang sudah dipelajari ke dalam perilaku; dan proses motivasional, yang menentukan aspek mana dari respons yang telah dipelajari sebelumnya yang akan diterjemahkan ke dalam tindakan. Penguatan adalah proses motivasional utama sebab ia bukan hanya menyebabkan pengamat fokus pada aspek fungsional dari perilaku model, tetapi juga memberi insentif untuk bertindak berdasarkan informasi yang diperoleh dari observasi itu. Informasi yang didapat dengan mengamati kontingensi penguatan dapat berasal dari pengalaman langsung seseorang dengan penguatan itu atau secara tak langsung melalui pengamatan konsekuensi dari perilaku model.
Salah satu konsep utama Bandura adalah determinisme resiprokal, yang menyatakan bahwa ada interaksi konstan antara lingkungan, perilaku, dan orang. Menurut Bandura, bisa dikatakan bahwa perilaku memengaruhi lingkungan sebagai lingkungan memengaruhi prilaku. Selain itu orang juga mempengaruhi perilaku dan lingkungan.
Berbeda dengan teoretisi belajar tradisional, Bandura percaya bahwa banyak perilaku manusia adalah diatur sendiri (self-regulated). Melalui belajar langsung dan belajar observasional, muncul standar performa yang bertindak sebagai pedoman dalam mengevaluasi perilaku seseorang. Jika perilaku seseorang sesuai atau melebihi standar, ia dinilai positif; jika tidak dia akan dinilai negatif. Demikian pula, anggapan kecakapan diri seseorang muncul dari pengalaman langsung dan tak langsung yang berkaitan dengan kesuksesan dan kegagalan. Penguatan intrinsik (penguatan-diri) lebih memengaruhi perilaku seseorang ketimbang penguatan ekstrinsik atau eksternal. Perilaku moral diatur oleh kode moral yang diinternalisasikan. Jika seseorang bertindak bertentangan dengan kode moral, seseorang akan mencela diri (menyesal), yang berfungsi sebagai hukuman. Akan tetapi, Bandura mendeskripsikan sejumlah mekanisme yang memungkinkan orang untuk memisahkan diri dari prinsip moralnya dan karenanya bisa berbuat tak bermoral tanpa merasa menyesal. Mekanisme ini antara lain justifikasi moral, labeling eufemistis, perbandingan yang menguntungkan, pengalihan tanggung jawab, difusi tanggung jawab, pengabaian atau distorsi konsekuensi, dehumanisasi, dan atribusi kesalahan.
Proses kognitif yang salah dapat muncul dari persepsi yang tidak akurat, generalisasi berlebihan, atau informasi yang tak lengkap atau keliru. Kebanyakan fobia berasal dari generalisasi yang berlebihan dari satu pengalaman yang menyakitkan. Salah satu cara Memperbaiki proses kognitif yang salah ini, termasuk fobia, adalah memberi pengalaman Penyangkal yang kuat, yang akhirnya bisa mereduksi atau menghilangkan hambatan atau rasa takut seseorang. Selain untuk mereduksi atau mengeliminasi hambatan, modeling juga bisa dipakai untuk mengajarkan keahlian baru, menghambat respons, memfasilitas respons, Mengajarkan kreativitas, dan mengajarkan kaidah dan aturan umum. Modeling simbolis, langsung, dan partisipan dalam setting klinis ternyata efektif dalam Mengatasi fobia. Akan tetapi dari ketiganya, modeling partisipan yang paling efektif. Proses mengurangi rasa takut dengan melihat orang lain berinteraksi tanpa rasa takut dengan objek yang ditakuti dinamakan pelenyapan tak langsung. Bandura memberi bukti bahwa media berita dan hiburan bertindak sebagai model yang kuat dan terkadang dapat mendorong tindakan agresif, kekerasan, dan bahkan kejahatan.
Teori Bandura dinamakan teori kognitif sosial karena ia menekankan fakta bahwa hampir semua informasi kita peroleh dari interaksi kita dengan orang lain. Karena teori Bandura menekankan pada proses kognitif seperti bahasa dan memori, karena efektif sebagai pedoman dalam praktik psikoterapi, karena implikasinya yang mendalam bagi pengasuhan anak dan praktik pendidikan, dan karena kemampuannya untuk memicu riset baru, maka teori sangat populer dewasa ini dan barangkali akan lebih populer lagi di masa depan.
•PENDAPAT BANDURA TENTANG PENDIDIKAN
Teori Bandura mengandung banyak implikasi bagi pendidikan. Bandura percaya bahwa segala sesuatu yang dapat dipelajari melalui pengalaman langsung juga bisa dipelajari secara tak langsung lewat observasi. Bandura juga percaya bahwa model akan amat efektif jika dilihat sebagai memiliki kehormatan, kompetensi, status tinggi, atau kekuasaan. Jadi, dalam kebanyakan kasus, guru dapat menjadi model yang berpengaruh besar. Melalui perencanaan yang cermat terhadap materi yang akan disajikan, guru dapat lebih dari sekadar menyampaikan informasi rutin. Guru dapat menjadi model untuk suatu keahlian, strategi pemecahan masalah, kode moral, standar performa, aturan dan prinsip umum, dan kreativitas. Guru dapat menjadi model tindakan, yang akan diinternalisasikan siswa dan karenanya menjadi standar evaluasi diri. Misalnya, standar yang telah diinternalisasi ini akan menjadi basis untuk kritik diri atau penghargaan diri. Ketika siswa bertindak sesuai dengan standar mereka, pengalaman itu akan diperkuat. Ketika tindakannya tidak memenuhi standar, pengalaman itu akan dihukum. Jadi, menurut Bandura, sebagaimana menurut teoretisi Gestalt dan Tolman, penguatan intrinsik lebih penting ketimbang penguatan ekstrinsik. Menurut Bandura, penguatan ekstrinsik justru bisa jadi mereduksi motivasi belajar siswa. Pencapaian tujuan personal juga bisa menguatkan, dan karenanya guru sebaiknya membantu siswa merumuskan tujuan yang tidak terlalu sulit atau tak terlalu mudah untuk dicapai. Formulasi tentu saja, perlu dirumuskan secara individual untuk masing-masing siswa.
Mengatakan bahwa siswa mempelajari apa-apa yang mereka amati adalah pernyataan Terlalu menyederhanakan karena belajar observasional diatur oleh empat variabel yang harus diperhatikan oleh guru. Proses atensional (perhatian) akan menentukan apa yang akan diamati oleh siswa, dan proses itu akan bervariasi seiring dengan pendewasaan dan pengalaman belajar sebelumnya. Bahkan jika sesuatu diperhatikan dan dipelajari, sesuatu harus dipertahankan atau disimpan dan diingat untuk dipakai nanti; jadi proses retensi adalah penting. Menurut Bandura, retensi sebagian besar ditentukan oleh kemampuan verbal seseorang. Jadi, guru harus mempertimbangkan kemampuan verbal siswa saat akan merencanakan modeling. Bahkan jika sesuatu itu diperhatikan dan telah disimpan, siswa mungkin tidak punya keterampilan motor yang dibutuhkan untuk mereproduksi keterampilan yang telah dipelajari tersebut. Jadi, guru harus mengetahui proses pembentukan perilaku siswa. Terakhir, bahkan jika siswa memerhatikan, menyimpan, dan mampu melakukan perilaku yang dipelajari lewat observasi itu, siswa harus punya insentif (dorongan) untuk melakukannya. Jadi, guru harus mengetahui proses motivasional. Pada poin ini penguatan ekstrinsik mungkin ada gunanya. Misalnya, siswa mungkin mau menunjukkan apa yang telah mereka pelajari jika mereka diberi nilai, tanda jasa, pujian, atau penghargaan oleh guru. Tetapi, perhatikan bahwa penguatan ekstrinsik dipakai untuk memengaruhi kinerja, bukan untuk memengaruhi belajar.
belajar observasional memiliki banyak implikasi edukasional, tetapi untuk menggunakannya secara efektif di kelas, guru perlu mempertimbangkan proses atensional, retensional, motor, dan motivasional dari siswa. Dengan mengingat ini, film, televisi, ceramah, tape, demonstrasi, dan display dapat dipakai sebagai model yang efektif untuk tujuan pendidikan.
------------------------
Sumber:
Dale H. Schunk, learning theories an educational perspective, edisi ke enam(yogyakarta : pustaka pelajar, 2012)
B. R. Hergenhahn dan Metthew H. Olson, theories of learning, edisi ke tujuh (jakarta; kencana, 2009)
Hamzah b. Uno, orientasi baru dalam psikologi pembelajaran, (jakarta :bumi akasara, 2010)
Zainal Abidin Arif, landasan teknologi pendidikan, Bogor: uika press 2015
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar