Mengidentifikasi dan Merumuskan Masalah Dalam Penelitian Tindakan Kelas PTK
Dalam konteksnya dengan langkah pertama ini, yakni mengidentifikasi dan merumuskan masalah, lebih dahulu disajikan uraian tentang ruang lingkup masalah dalam penelitian tindakan kelas. Ini penting agar dalam mengidentifikasi dan merumuskan masalah menjadi lebih terfokus pada objek penelitian yang akan diteliti. Dengan adanya ruang lingkup masalah, kegiatan mengidentifikasi masalah tidak akan keluar terlalu jauh menyimpang dari permasalahan yang sesungguhnya akan diteliti.
a. Ruang Lingkup Masalah
Penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengubah perilaku penelitinya yaitu guru, perilaku orang lain yaitu siswa, atau mengubah kerangka kerja yaitu kegiatan pembelajaran yang pada gilirannya menghasilkan perubahan dan peningkatan kualitas keseluruhan aspek tersebut. Singkatnya, penelitian tindakan kelas dilakukan untuk meningkatkan kualitas keseluruhan praktik pembelajaran dalam situasi nyata.
Sesuai dengan keragaman situasi lapangan, beragam pula konteks penelitian tindakan kelas, antara lain sebagai berikut.
1) Berperan sebagai pemacu dilakukannya tindakan yang tujuannya adalah agar sesuatu dilakukan secara lebih tepat-guna.
2) Ditujukan untuk keberfungsian personal, hubungan antarpribadi dan moral, berkenaan dengan efisiensi kinerja, peningkatan motivasi, dan keaktifan hubungan antarindividu.
3) Difokuskan pada analisis pekerjaan dan dimaksudkan untuk meningkatkan fungsi dan efisiensi profesional.
4) Berkenaan dengan inovasi dan perubahan serta cara melaksanakannya dalam sistem yang ada.
5) Difokuskan pada pemecahan masalah dalam konteks pembelajaran tertentu yang memerlukan pemecahan atau perbaikan.
Dalam konteks ini, beberapa contoh bidang garapan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran, di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Metode Mengajar, misalnya, mengganti metode tradisional dengan metode penemuan baru atau penerapan metode kreatif-bervariasi.
2) Strategi Belajar, misalnya, penerapan pendekatan integratif dalam pembelajaran, pendekatan kontekstual, pendekatan kolaboratif, pendekatan eksperiansial, pendekatan JIGSAW, dan sebagainya.
3) Prosedur Evaluasi, misalnya, meningkatkan penggunaan metode penilaian berkelanjutan, penilaian berbasis kelas, penilaian portofolio, dan sebagainya.
4) Sikap dan Nilai, misalnya peningkatan motivasi timbulnya sikap dan kebiasaan belajar yang baik, atau peningkatan sikap yang lebih positif terhadap beberapa aspek kehidupan lainnya.
5) Pengembangan Profesional Guru, misalnya, meningkatkan keterampilan mengajar, mengembangkan metode mengajar yang baru, meningkatkan. kemampuan analisis, atau meningkatkan penghayatan profesi keguruan.
6) Pengelolaan dan Kontrol, misalnya, pengenalan secara bertahap tentang
teknik-teknik modifikasi tingkah laku. Karena penelitian tindakan kelas harus mempertimbangkan situasi secara keseluruhan, istilah masalah tematik sebagaimana yang dikenalkan oleh Kemmis dan McTaggart perlu dipahami juga oleh guru. Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan beberapa contoh berkenaan dengan masalah tematik tersebut.
1) Masalah tematiknya mengembangkan kepekaan kurikulum dan pembelajaran terhadap lingkungan rumah siswa. Metode: meningkatkan keefektifan interaksi guru dengan orang tua siswa.
2) Masalah tematiknya: mengembangkan keaktifan dan penghayatan yang lebih mendalam pada diri siswa terhadap pemikiran ilmiah. Metode menerapkan model pembelajaran yang menuntut keaktifan dalam bidang sains siswa
3) Masalah tematiknya mengembangkan dan melestarikan warisan dwibudaya dalam masyarakat kesukuan melalui pendidikan.
Metode kurikulum dwibahasa dan dwibudaya dengan melibatkan anggota masyarakat secara aktif dalam kegiatan bahasa dan budaya di kelas.
b. Identifikasi Masalah
Masalah yang akan diteliti harus dirasakan dan identifikasi oleh guru sendiri sebagai peneliti, meskipun dapat juga dilakukan dengan bantuan seorang fasilitator, supaya merasa betul-betul terlibat dalam proses penelitiannya. Masalahnya terdapat berupa kekurangan yang dirasakan dalam penerapan model pembelajaran. penggunaan metode, penggunaan alat peraga, rendahnya keaktifan siswa dalam pembelajaran, kreativitas belajar siswa, dan sebagainya. Pendek kata, masalahnya berupa kesenjangan antara kenyataan dan keadaan yang diinginkan.
Ada beberapa kriteria dalam penentuan masalah, yaitu:
1) masalah harus penting bagi guru dan siswa serta perbaikan proses pembelajaran:
2) masalah harus realistis, artinya benar-benar dirasakan sebagai sesuatu yang penting untuk diteliti dan diperbaiki:
3) masalah harus bersifat problematik, artinya memang benar-benar menuntut untuk dilakukan pemecahannya. Perlu ditekankan di sini bahwa tidak semua masalah yang riil menuntut pemecahan karena:
(a) bisa jadi masalah itu sudah ada yang meneliti atau membahas,
(b) masalah berada di luar kewenangan dan tanggung jawabnya, dan
(c) masalah itu tidak jelas manfaatnya;
4) masalah harus mengandung manfaat yang jelas untuk perbaikan pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa;
5) masalahnya hendaknya berada dalam jangkauan penanganan. Artinya, jangan sampai memilih masalah yang guru sendiri kesulitan untuk melakukannya, karena: (a) tidak ada alat pendukung. (b) tidak ada dana, (c) tidak cukup waktu, (d) banyak faktor penghambatnya:
6) pernyataan masalah harus mengungkapkan beberapa dimensi fundamental mengenai faktor-faktor penyebabnya sehingga upaya pemecahannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal fundamental ini dan bukan berdasarkan fenomena yang bersifat dangkal.
Selain kriteria di atas, sejumlah kriteria berikut ini juga sangat penting diperhatikan untuk menentukan masalah dalam penelitian tindakan kelas, yaitu:
1) masalah yang akan diteliti dan dipecahkan diangkat dari praktik pembelajaran di kelas;
2) penanganan masalah dilakukan secara langsung dan segera pada saat itu juga
3) penelaahan atau pencermatan terhadap ada-tidaknya perbaikan atau kemajuan dari tindakan yang dilakukan harus lebih berfokus pada data hasil observasi dan data perubahan perilaku daripada data dokumentasi:
4) masalah penelitian harus difokuskan untuk tujuan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran:
c. Perumusan Masalah
Masalah dalam penelitian tindakan kelas adalah kesenjangan antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan dalam kegiatan pembelajaran Masalah-masalah tersebut hendaknya dideskripsikan dengan jelas agar perumusan masalahnya dapat dibuat secara jelas pula. Pada intinya, rumusan masalah harus mengandung deskripsi secara jelas tentang kesenjangan antara kenyataan yang ada dengan keadaan yang diinginkan.
Berikut ini disajikan contoh perumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas 1) Sebanyak 80% siswa kelas VII SMP Majapahit tahun pelajaran 2007/2008 mengalami kesulitan dalam penguasaan kosa kata Bahasa Inggris. 2) Sebanyak 85% siswa kelas IX SMP Kalingga tidak menguasai perubahan bentuk kata dari kata sifat ke dalam kata benda dalam pelajaran menulis (writing) bahasa Inggris
src. Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, 2016, wacana prima h. 88
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar