Kata al-amru merupakan bentuk mashdar dari derivasi kata amara, ya‟muru, amaran. Secara bahasa bisa berarti menyuruh atau memerintahkan. Sedangkan secara istilah, dalam bahasa arab pengertian al-amru adalah:
“Kalimat perintah adalah kalimat yang meminta dikerjakannya sebuah perintah dengan superioritas orang yang meminta (dari pihak yang lebih tinggi kepada pihak yang lebih rendah).”
Dengan kalimat perintah seorang penutur meminta lawan tutur melakuakan sesuatu sesuai dengan isi perintah yang disampaikan. Dengan kata lain al- amru adalah meminta direalisasikannya sesuatu, baik permintaan itu berupa perbuatan fisik maupun psikis. Misalnya, ketika seseorang menyuruh duduk temannya dengan kata ― “ijlisii”, permintaannya ini berupa aktivitas fisik, sedangkan ketika meyuruh temannya berfikir dengan kata ― “tafak karii” ini adalah permintaan psikis. Secara praktis, praktek penggunaan gaya bahasa al-amru pastinya sudah sering dipraktikkan oleh siapapun, namun setiap bahasa memiliki aturan yag berbeda dalam membuat kalimat perintah (al-amru).
Dalam bahasa Arab ada empat cara dalam membentuk kalimat perintah, yaitu:
❖ Fiil amar
Fiil amar adalah salah satu bagian dari tiga macam kata kerja ( fiil) dalam bahasa Arab, setelah fiil madhi (kata kerja bentuk lampau) dan fiil mudhari (kata kerja untuk waku sekarang dan yang akan datang). Fiil amar adalah kata kerja yang menunjukkan perintah. Ketika proses komunikasi menggunakan fiil amar ini diucapkan, permintaan aktivitas yang diminta oleh penutur (mutakaliim) belum dilakukan oleh mitra tutur ( mukhatab).
Kata kerja perintah adalah karakter asli yang dimiliki oleh bahasa Arab dan tidak semua bahasa memiliki model perubahan kata ini seperti ini. Meskipun hanya satu kata, ketika fiil amar diucapkan sudah menyaran pada kalimat perintah. Misalnya seorang ayah yang berkata kepada anaknya dengan satu kata: ta’allam, dalam bahasa Arab satu kata ini diungkapkan dengan intonasi seperti apapun tetap bermakna perintah yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti “belajarlah kamu”. Jika dibandingkan dengan bahasa Indonesia, pembentukan kalimat perintah dalam bahasa Indonesia bisa dengan menggunakan imbuhan lah dan kan, bisa juga dengan membalik susunannya dengan bentuk predikat di awal dan subjeknya diakhirkan. Selain itu, dalam bahasa Indonesia, kalimat perintah juga bisa dibentuk dengan menggunakan tanda seru yang merupakan petanda adanya perubahan intonasi dalam bahasa lisan.
Pembentukan kalimat perintah dengan fiil amar merupakan bentuk dasar dan paling banyak digunakan dalam bahasa Arab. Secara tekstual, setiap kalimat yang ada fiil amar-nya pasti merupakan kalimat perintah, meskipun secara kontekstual kalimat perintah tidak selalu fungsinya memerintah. Ada beberapa kalimat perintah yang keluar dari makna dasarnya dan digunakan untuk tujuan tertentu, misalnya mengancam, menasehati, atau bahkan menyadarkan seseorang akan kelemahannnya.
Cara membentuk fiil amar adalah dengan mengubah fiil mudhari dengan membuang huruf mudhara’ah berupa alif, nun, ya, ta (anaitu) yang berada di awal fiil mudhari dan menjazmkan huruf akhirnya (al-Ghalayaini I: 157).
Pada contoh di atas, perhatikan kolom kedua setelah dibuang huruf mudhara‘ahnya. Ada yang ditambah hamzah di awalnya, ada juga yang tidak ditambah. Kata yang ditambah hamzah adalah kata yang setelah dibuang huruf mudharaahnya harakatnya sukun. Karena huruf yang berharakat sukun di awal kata tidak bisa dibaca, maka ditambahkanlah huruf hamzah supaya bisa dibaca. Kata ”…..nshur” misalnya, dia tidak bisa dibaca karena diawali dengan huruf nun berharakat sukun, untuk bisa dibaca maka ditambahkan huruf hamzah di depannya dengan harakat yang menyesuaikan harakat dari huruf ketiganya berdasarkan wazan fiilnya, jadilah “unshur”.
Semua hamzah di awal fiil amar adalah hamzatu washl kecuali hamzah amar dari fiil ruba’i (bentuk fiil madhinya terdiri dari empat huruf). Hamzah amar dari fiil ruba’i hamzahnya hamzatu qath’i seperti kata ’ak rama” yang fiil amar-nya “ak rim”. Hamzah washl adalah hamzah yang ketika berada di awal kalimat dibaca namun ketika berada di tengah kalimat harakatnya dilesapkan. Contohnya adalah fiil amar “unshur”, ketika di awal kalimat hamzahnya dibaca “unshur”, namum ketika di tengah kalimat hamzahnya dilesapkan seperti kata “wanshur” yang asalnya “wa” dan “unshur”. Akan tetapi, jika hamzahnya adalah hamzah qath’i, maka dimanapun tempatnya akan tetap dibaca, contohnya kata akrim, jika didahului oleh “waw” misalnya, tetap di baca “wa ak rim”.
❖ Fiil mudhari majzum bilam amar
Fiil Mudhari majzum bi lam amar artinya adalah fiil mudhari yang berharakat jazm karena didahului oleh lam amar (huruf lam yang berfungsi membentuk perintah). Fiil mudhari adalah kata kerja yang menunjukkan peristiwa sekarang dan yang akan datang. Fiil mudhari dapat dilihat dari karakteristiknya, yaitu diawali oleh salah satu dari empat huruf yai tu “hamzah”, “nun”, “ya”, dan “ta” (disingkat anaita). Keempat huruf di awal fiil mudhari menunjuk kepada pelaku dari aktivitas yang ditunjuk oleh fiil tersebut. Huruf hamzah menunjuk pada penutur tunggal seperti “ata’allamu” (saya belajar). Huruf nun menunjuk pada penutur jamak atau penutur tunggal dengan menunjuk kebesaran dirinya, seperti “nata’allam” dan “inna nahnu nazzalna ad dzik ra wa inna lahu lahafidzun”. Huruf “ya‟ menunjuk pada orang ketiga laki-laki (tunggal, mutsanna, dan jamak) dan untuk orang ketiga perempuan jamak . Sedangkan huruf “ta‟ digunakan untuk semua mitra tutur laki-laki maupun perempuan dan juga untuk orang ketiga perempuan mufrad dan jamak .
❖ Isim fiil amar
Isim fiil amar adalah isim (kata benda) yang bermakna fiil amar (kata perintah). Namun secara karakter, isim fiil amar tidak menerima tanda- tanda fiil (Al-Ghalayaini, 2007, juz I: 155).
Dilihat dari waktunya, isim fiil dibagi menjadi tiga sebagaimana pembagian fiil, ada isim fiil madhi, isim fiil mudhari, dan isim fiil amar. Sebagaimana namanya, isim fiil madhi menunjuk pada kejadian yang telah lampau seperti kata “haihaata” (ba’uda: jauh sekali). Isim fiil mudhari menunjuk pada kejadian di waktu sekarang, seperti kata “aah” (atawajja’u: saya merasa sakit). Isim fiil amar menunjuk pada sebuah perintah yang aktivitasnya belum terjadi ketika perintah itu dilafalkan, misalnya kata shah
(uskut: diamlah).
❖ Masdar yang Mengganti Fiil Amar
Mashdar adalah ujaran yang menyaran kepada sebuah kejadian yang tidak dibarengi dengan keterangan waktu (al-Ghalayaini, 2007: Juz 1, 123). Pada dasarnya mashdar adalah kata benda yang tidak menyaran kepada perintah. Mashdar bisa bermakna perintah ketika posisinya ditempatkan pada posisi mengganti fiil amar yang dilesapkan. Jika ditampakkan maka sebenarnya sebelum isim mashdar yang dibaca rafa terdapat fiil amar yang disamarkan.
Sumber: Modul Pendidikan Profesi Guru Modul 5. Adab Arabi (Sastra Arab) Penulis: Ibnu Samsul Huda, S.S., M.A.
Baca Juga
Komentar
Posting Komentar