Karakteristik dan Klasifikasi anak dengan hambatan intelektual
Karakteristik anak dengan hambatan intelektual
Asosiasi Kesehatan Mental Amerika dalam yang dikutip Turnbull menjelaskan bahwa ada tiga utama dalam karakteristik keterbelakangan mental yaitu dalam fungsi intelektual, keterbatasan dalam tingkah laku dan sosial
a. Keterbatasan fungsi Intelektual
Intelektual merujuk pada siswa yang umumnya memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah, memperhatikan informasi yang didapat, berfikir secara abstrak, mengingat informasi dan sesuatu yang penting, dan belajar dari pengalaman hidup sehari – hari. Seorang siswa walapun ia memiliki keterbelakangan mental, tetap saja dia memiliki dua kemampuan, kemampuan secara Intelektual dan kecerdasan untuk mengingat yang diperoleh dari belajar yang diulang – ulang .
b. Memory.
Beberapa tahun terakhir para ahli telah mempelajari bahwa anak terbelakang mental memiliki dua ingatan yaitu ingatan pendek (Ellis 1970) ingatan pendek adalah kemampuan untuk mengingat informasi yang telah disimpan selama beberapa detik menjadi beberapa jam akibat dari cara guru dalam memberikan pembelajaran menggunakan analisis tugas atau langkah -demi langkah secara sederhana kepada siswanya.
Baru-baru ini sebuah penelitian telah melaporkan bahwa individu yg memiliki hambatan intelektual dapat belajar mengguna kan strategi yang aktif untuk memperbaiki ingatan (Bray, Fletcher dan Turner 1997) strategi yang digunakan adalah dengan cara sering mengulang. Banyak teknologi baru dapat digun a ka n untuk membantu siswa yang memiliki hambatan intelektual untuk dapat muda h mengingat pelajaran, dengan menggunakan teknologi handheld computer featured.
c. Generalisasi.
Generalisasi merujuk pada kemampuan untuk mentransfer ilmu pengetahuan atau tingkah laku ketika melakukan satu tugas ke tugas yang lain dan untuk mentransfer berbagai macam perubahan dan lingkungan sekitar.
Individu dengan keterbelakangan mental memiliki kesulitan dalam menggeneralisasi keahlian yang dimilikinya yang mereka dapat disekolah, dirumah, dikehidupan bermasyarakat dimana mereka memiliki perbedaan kebiasaan tingkat expetasi orang maupun lingkungan (Bebko & McPherson,
1997; Langone, Clees, Oxford, Malone, & Rose, 1995) mengapa mereka memiliki kesulitan ini ? karena dirumahnya dan komunitasnya memiliki perbedaan tata pembelajaran dengan tingkat kesulitan dan kompleksitasnya lebih tinggi dan pula gangguan dan stimuli yang tidak relevan dengan yang didapat dikelasny a . Dalam kegiatan di luar kelas anak membutuhkan kecerdasan tambahan, tapi guru tidak membantu padahal mereka butuh pengetahuan yang disimu lasikan terkait dengan keterampilan hidup sehari-hari.
d. Motivasi.
Penelitian tentang memotivasi anak hambatan intelektual menemukan bahwa anak yang memiliki motifasi rendah sering memiliki kesalahan secara terus menerus. Motivasinya untuk memecahkan masalah rendah disebut outer- directedness (tidak mau diarahkan) - tidak percaya akan solusi dan selalu meminta orang untuk memberikan petunjuk. Ini adalah kekhawatiran yang sangat penting untuk murid yang memiliki keterbelakangan mental (Bybee & Ziegler,
1998) karena tidak outer-directedness dapat membuat murid keterbelakangan mental mudah di control oleh orang lain.
e. Keterbatasan dalam adaptasi tingkah laku
Keterbelakangan mental memiliki arti bahwa seseorang “yang memiliki keterbatasan secara meluas dalam menge kspresikan konsep sosial, keahlian kehidupan sehari – hari dan sulit beradaptasi “ (AAMR, 2002, P.1). adaptasi tingkah laku merujuk pada performa dari individu yang memilik keterbatasan dalam menerima ekspetasi dilingkungan sekitarnya. Adaptasi tingkah lak u berubah menurut usia seseorang, budaya seseorang, kebutuhan lingkungannya. Untuk menentukan atau memilih keterampilan hidup hendaknya guru dan tenaga ahli lainnya focus pada memberikan keahlian konsep, keahlian sosial, keahlian praktek kehidupan sehari – hari siswa. Kepercayaan diri dapat membentuk siswa untuk dapat bertindak bebas dari tekanan internal maupun eksternal, mampu memilih keputusan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan tujuan yang akan dicapai.
Klasifikasi anak dengan hambatan intelektual
Di masyarakat dan di sekolah regulerpun anak ini sering dianggap mengganggu lingkungan dan sekolah. Sebagai pendidik anak dalam kelompok ini kita selalu berpikir positip, bahwa anak hambatan intelektuaml masih dapat diberikan kemampuan agar dapat mengurus diri dan berguna bagi masyarakat. Sedangkan bagi kelompok Severe mereka masih selalu harus dibimbing terus menerus dan yang pada tingkat profound mereka harus mendapatkan perawatan yang intensif dan terus menerus.
American Association for Intellectual and Developmental Disabilities (AAIDD) mencoba untuk tidak menggunakan referensi nilai IQ dan tes standar tersebut namun sulit untuk menentukan kriteria, sehingga tahun 2002 nilai IQ 70 sebagai batasan standar kecerdasan. Organisasi ini menyimpulk an keterbatasan intelektual dengan masing-masing memilki kriteria kemampuan sebagai berikut
1. Mild keterbatasan intelektual : IQ antara 50 sampai 69
Hasilnya : memiliki kesulitan untuk belajar, mampu bekerja, mampu berhubungan baik dengan sesama, memberikan kontribusi kepada masyarakat.
2. Moderate keterbatasan intelektual : IQ antara 35 sampai 49
Hasilnya : memperlihatkan tanda keterlambatan perkembangan di usia dini, memiliki beberapa keahlian dalam melindungi diri sendiri, cukup mampu berkomunikasi dan kemampuan akademik, memerlukan berbagai macam bantuan untuk hidup dan bekerja di dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Severe keterbatasan intelektual : IQ antara 20 sampai 34
Hasilnya : memerlukan bantuan secara terus menerus
4. Profound keterbatasan intelektual : IQ dibawah 20
Hasilnya : mengdemostrasikan keterbatasan secara terus menerus dalam perlindungan diri, pergerakan, komunikasi, mobilitas; memerlukan dukungan secara intensif dan berkelanjutan.
Untuk lebih jelas mari kita simak perbedaan klasifikasi antara American Association on Intellectual and Developmental Disabilities (AAIDD) dan the Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition (DSM-5). DSM V menggunakan istilah ringan, sedang, berat dan sangat berat. Berikut kategori IQ menurut DSM IV, DSM-5, AAIDD dan SSI
Severity
Category |
Approximate Percent Distribution of Cases by Severity |
DSM-IV Criteria (severity levels were based only on IQ categories |
DSM-5 Criteria (severity classified on the basis of daily sk ills) |
AAIDD Criteria (severity classified on the basis of intensity of support needed |
SSI Listings Criteria (The SSI listings do not
specify severity levels, but indicate different standards for meeting or equaling listing level severity.) |
Mild |
85% |
Approximate IQ range 50– 69 |
Can
live independently with minimum
levels
of
support. |
Intermittent support needed during transitions or periods
of
uncertainty. |
IQ of
60 through 70 and a physical or other mental impairment
imposing
an
additional and
significant
limitation
of
function |
Severity
Category |
Approximate Percent Distribution of Cases by Severity |
DSM-IV Criteria (severity levels were based only on IQ categories |
DSM-5 Criteria (severity classified on the basis of daily sk ills) |
AAIDD Criteria (severity classified on the basis of intensity of support needed |
SSI Listings Criteria (The SSI listings do not specify severity levels, but indicate different standards for meeting or equaling listing level severity.) |
Moderate |
10% |
Approximate IQ range 36– 49 |
Independent living may be achieved
with moderate levels
of support, such as those available in group homes. |
Limited support needed in daily
situations. |
A valid verbal, performance,
or full-scale IQ of 59 or less |
Severe |
3.5% |
Approximate IQ range 20– 35 |
Requires daily assistance with self-care activities and safety supervision |
Extensive support needed for daily
activities. |
A valid verbal, performance,
or full-scale IQ of 59 or less |
Profound |
1.5% |
IQ <20 |
Requires 24- hour care. |
Pervasive support needed for every aspect of daily routines. |
A valid verbal, performance,
or full-scale IQ of 59 or less |
Sumber : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK332877/table/tab_9-1/?report=objectonly
Sedangkan saat ini AAIDD menerbitkan sebuah kerangka kerja untuk mengevaluasi tingkat keparahan dari HI, Skala Intensitas Pendukung (S IS), yang berfokus pada jenis dan intensitas dukungan yang diperlukan untuk memungkinkan seseorang menjalani kehidupan yang normal dan mandiri, daripada mendefinisikan keparahan dalam hal defisit.. SIS mengevaluasi kebutuhan dukungan individu di 49 aktivit as kehidupan, dibagi menjadi enam kategori: tinggal di rumah, hidup di masyarakat, pembelajaran seumur hidup, pekerjaan, kesehatan dan keselamatan, dan kegiatan social.
Sumber Utama: Wuryan M. Arif Taboer, M. Pd. 2019. Modul PPG : Modul 4 Kegiatan Belajar Konsep Dasar Anak Hambatan Inteletual Dan Lambat Belajar PPG Dalam Jabatan, Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar