Materi Komponen Istifham dan Contoh Istifham (kalimat interogatif) Modul Pendidikan Profesi Guru Bahasa Arab
Dalam tata bahasa Arab, istifham diklasisfikasikan menjadi dua pola, yaitu istifham haqiqi dan istifham Majazi. istifham haqiqi bermakna pertanyaan seseorang kepada orang lain tentang sesuatu yang memang benar -benar belum diketahui sebelumnya. Adapun istifham majazi merupakan pertayaan yang sebenarnya sudah diketahui. Dalam kondisi ini, fungsi yang dimiliki kalimat istifham tersebut tidak lagi asli sebagai pertanyaan yang mengharapkan jawaban. Namun beralih kepada fungsi -fungsi yang lain, misalnya perintah, pengingkaran, doa, harapan, sangkalan, serta tujuan lainnya (Kamil, 2019).
Dilihat dari fungsinya, perangkat istifham terbagi menjadi 3 klasifikasi, yaitu: (a) istifham yang tujuannya menggambarkan sesuatu ( tashawwur), (b) istifham yang tujuannya untuk membenarkan sesuatu ( tashdiq), dan (c) istifham yang berfungsi sebagai tashawwur di satu sisi dan tashdiq di sisi lain (Nurdiyanto, 2016).
Adapun adawat istifham yang biasa digunakan dalam kaidah bahasa Arab itu terdiri dari sebelas kata yaitu (1) al-hamzatu (apakah), (2) hal (apakah), (3) mā (apa), (4) man (siapakah), (5) matā (kapankah), (6) k aifa (bagaimanakah), (7) a ina (dimanakah), (8) a yyāna (kapankah), (9) ’annā (bagaimanakah/dari manakah), (10) kam (berapa), dan (11) a yyun (manakah/apakah).
Klasifikasi adawat istifham itu terbagi dua, yaitu huruf istifham dan isim istifham (Hasyimi, 1960:85). “annā” termasuk salah satu dari isim istifham. Isim istifham menurut Al-Ghalayaini (2007:91).
“Istifham adalah kata yang samar maksudnya dipakai untuk mengetahui atau mencari kejelasan tentang sesuatu”
Istifham berfungsi sebagai kata tanya, baik menan yakan tentang sesuatu yang berakal, atau tidak, yang lalu maupun akan datang. Istifham itu ada yang khusus dipergunakan untuk menanyakan tempat, waktu, keadaan, bilangan, hal yang meragukan dan yang pasti (Nurkholis dkk, 2005:276).
Terkadang kata-kata tanya itu keluar dari makna aslinya kepada makna lain yang dapat diketahui melalui susunan kalimat, jadi fungsi istifham disini bukan sebagai kata tanya lagi, hal ini terjadi karena “ siyāqu alkalāmi”/”rasa bahasa” pada kalimat yang dimasuki adawat istifham (Al-jarim dan Amin, 1999:218). Oleh karena itu, kalimatnya tidak memungkinkan untuk diartikan sebagai kalimat tanya. Diantaranya yaitu menunjukkan makna annafyu (meniadakan), al-ink āru (ingkar), at-taqrīru (penegasan), at- taubīk hu (celaan), at-ta īmu (mengagungkan atau membesar-besarkan), at-taḥqīru (menghinakan), dan lain sebagainya (Dayyab dkk, 2004: 437- 439).
Contoh Istifham dalam Berbagai Konteks
❖ Al Hamzatu أ
Kata tanya berupa hamzah memiliki persamaan makna dengan kata tanya hal. Akan tetapi, dari sisi penggunannya ada sedikit perbedaan. Kata tanya hamzah disamping menuntut jawaban ya dan tidak ( tashdiq) sebagaimana pada penggunaan kata tanya “ hal”, juga dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan dengan memilih salah satu atau beberapa jawaban dari kemungkinan jawaban yang ada (Ainin, 2003:25). Menurut Al -Hasyimi (1960) fungsi kata tanya ini disebut hamzah lit tashawwur dan dalam konstruksi kalimat, kata tanya hamzah ini disertai dengan piranti alternatif yang berupa am yang artinya “atau” yang oleh para linguis Arab disebut am muaddalah (am yang berfungsi untuk membandingkan).
❖ Hal له
Kata له merupakan istifham yang digunakan untuk menanyakan penisbatan sesuatu pada yang lain ( tashdiq) atau kebalikannya. Pada istifham له tidak menggunakan مأ dan muaddilnya. Adat istifham له digunakan apabila penanya ( mutak allim) tidak mengetahui nisbah antar musnad dan musnad ilaih-nya. Adat tidak bisa masuk ke dalam nafyu, mudhâri makna sekarang, syarath, dan tidak bisa pula pada huruf athaf. Hal ini berbeda dengan hamzah yang bisa memasuki tempat-tempat tersebut (Wikantari, 2019). Menurut Ainin (2003:25) kata tanya hal digunakan untuk menanyakan sesuatu yang jawabannya dikotomis, yaitu jawaba na’am “ya” atau laa “tidak‟. Menurut Al-Hasyimi (1960) kata tanya hal ini disebut hal tasdiq.
❖ Maa ام
Kata tanya maa dan maadza digunakan untuk menanyakan sesuatu yang tidak berakal (binatang, tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati atau al- jamakad). Selain itu, ia juga dapat digunakan untuk menanyakan suatu konsep dan sifat baik yang berakal maupun tidak beraka l. Dalam kaitannya dengan penggunaan kata tanya maa ini, Kulaib dan Abu Sholih (1403 H) menegaskan bahwa kata tanya ini ( maa) dapat digunakan untuk menanyakan jati diri seseorang. Beberapa contoh di bawah ini menjelaskan kata tanya maa.
-Menanyakan sesuatu yang tidak berakal
❖ Man نم
Menurut Al-Ghalayaini (1984:139) kata tanya man dan man dza digunakan untuk menanyakan sesuatu yang berakal
❖ Mataa ىتم
Kata tanya “mataa’ digunakan untuk menanyakan waktu, baik masa lampau maupun masa akan datang (Muhammad et al, tanpa tahun). Dalam penggunaanya, kata tanya ini dapat didahului oleh preposisi “ilaa” dan “hatta” (Abdulmassih, 1981).
❖ Kaifa فيك
Kata tanya ini digunakan untuk menanyakan seuatu keadaan
Kadang-kadang k aifa juga digunakan untuk fungsi lain, misalnya untuk menyatakan heran (ta’ajjub), menafikan dan mengingkari, serta fungsi menghina (Al-Ghalayaini, 1984:143).
❖ Aina نيأ
Kata tanya aina digunakan untuk menanyakan tempat (Al-Hasyimi, 1960). Dalam penggunaanya kata tanya ini dapat diawali dengan preposisi berupa “ilaa” dan preposisi “min”
❖ Ayyana نايأ
Kata tanya ayyana memiliki makna yang tidak jauh berbeda dengan kata tanya mataa. Perbedaannya adalah bahwa kata tanya mataa menanyakan waktu lampau maupun akan datang, sedangkan kata tany a ayyana hanya berfungsi untuk menanyakan waktu akan datang (Al-Ghalayaini,1984:143).
❖ Anna ىنأ
Al-Ghalayaini (1984) berpendapat bahwa kata tanya anna kadang dapat digunakan untuk menanyakan keadaan sebagaimana penggunaan k aifa
❖ Kam مك
Kata kam digunakan untuk menanyakan bilangan atau jumlah (Nasif et al., tanpa tahun)
❖ Ayyu يأ
Kata tanya ayyu digunakan untuk menentukan sesuatu, termasuk di dalamnya untuk memilih salah satu dari dua hal atau lebih (Nasif et. Al., tanpa tahun
Selain itu, kata tanya ayyu dapat digunakan untuk menanyakan tempat atau waktu terjadinya suatu peristiwa atau kegiatan
>>> Lihat kumpulan Materi PPG guru Bahasa Arab lain
Sumber: Modul Pendidikan Profesi Guru Modul 2. Kalam (Berbicara)
Penulis: Dr. Mohammad Ahsanuddin, M.Pd.
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar