Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga
Pengertian Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan pada umumnya yang mempengaruhi potensi peserta didik dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor melalui aktivitas jasmani. Melalui aktivitas jasmani anak akan memperoleh berbagai macam pengalaman yang berharga untuk kehidupan seperti kecerdasan, emosi, perhatian, kerjasama, keterampilan, dan sebagainya.
Pengertian Pendidikan Olahraga
Pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina peserta didik agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada peserta didik diperkenalkan berbagai cabang olahraga agar mereka menguasai keterampilan berolahraga. Yang ditekankan di sini adalah “hasil” dari pembelajaran itu, sehingga metode pengajaran serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya didikte oleh tujuan yang ingin dicapai. Dalam praktiknya, ciri-ciri pelatihan olahraga menyusup ke dalam proses pembelajaran.
Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga
Setidaknya ada sepuluh perbedaan antara pendidikan jasmani dengan olahraga kompetitif (sports), yaitu ditinjau dari tujuan pengembangan, sifat pengembangan, pusat orientasi, jenis aktivitas, perlakuan, penerapan aturan permainan, pertandingan, penilaian, partisipasi, dan pemanduan bakat.
Tujuan pendidikan jasmani diarahkan untuk pengembangan individu anak secara menyeluruh, artinya meliputi aspek organik, motorik, emosional, dan intelektual sedangkan pada olahraga kompetitif terbatas pada pengembangan aspek kinerja motorik yang dikhususkan pada cabang olahraga tertentu saja.
Aktivitas yang dilakukan pada pendidikan jasmani bersifat multilateral, artinya seluruh bagian dari tubuh peserta didik dikembangkan secara proporsional mulai dari tubuh bagian atas (upper body), bagian tubuh tengah (torso), maupun bagian bawah (lower body). Pendidikan jasmani berupaya mengembangkan kinerja anggota tubuh bagian kanan maupun kiri secara seimbang dan koordinatif. Pada olahraga kompetitif hanya bagian tubuh tertentu sesuai dengan fungsi kecabangannyalah yang dikembangkan secara optimal atau secara populer disebut sebagai spesifik.
Child oriented, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti berorientasi pada anak memiliki makna bahwa penjas dengan segala aktivitasnya diberikan berdasarkan kebutuhan yang diperlukan oleh anak dengan segala perbedaan karakternya. Dengan pertimbangan ini maka kegiatan pendidikan jasmani dirancang sebagai proses dalam pemenuhan kebutuhan anak dalam kehidupan sehari-harinya, kebutuhan kompetitif dalam menghadapi segala tantangan, dan pengisian waktu luangnya. Pada cabang olahraga kompetitif hal tersebut tentu bukan merupakan pertimbangan yang utama, karena yang terpenting pada olahraga kompetitif adalah dikuasainya gerak atau teknik dasar beserta pengembangannya untuk mendukung permainan pada cabang tersebut, sehingga materi disajikan sebagai pemenuhan atas kepentingan itu (materi) atau disebut sebagai subject/material oriented.
Pada pendidikan jasmani seluruh kegiatan yang ada di alam semesta yang berupa kegiatan dalam kehidupan sehari-hari, baik yang dilakukan oleh manusia, binatang, tumbuhan, atau bahkan mesin yang bergerak dapat digunakan sebagai materi pembelajaran gerak. Aktivitas yang dapat digunakan sebagai materi gerak dalam olahraga kompetitif terbatas pada teknik-teknik yang ada pada olahraga yang bersangkutan, atau pada spesifik kecabangannya.
Seluruh anak memiliki tingkat kecepatan yang bervariasi dalam pembelajaran, termasuk di dalamnya pembelajaran Penjas. Anak dengan kecepatan pembelajaran yang kurang baik (lamban) harus diperhatikah secara lebih khusus sehingga mampu beradaptasi dengan lingkungan dan pada akhirnya dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pada olahraga kompetitif, anak yang memiliki kelambanan ini akan ditinggalkan karena hanya menghambat proses pembelajaran, dan mengganggu pencapaian prestasi tinggi yang diinginkan.
Aturan yang baku diterapkan pada olahraga kompetitif agar terdapat keadilan bagi tim yang melakukan pertandingan dalam situasi yang sama. Pendidikan jasmani tidak harus dilakukan dengan menggunakan pertandingan, melainkan dengan bermain, dengan pembelajaran berkelompok, demonstrasi, dan lain-lain sehingga tidak diperlukan peraturan yang baku sebagaimana olahraga kompetitif. Pertandingan maupun permainan dapat dijadikan sebagai sarana untuk menerapkan nilai-nilai kerjasaman, sportifitas, tanggung jawab serta intergritas dalam upaya mencapai tujuan bersama.
Dikenal penilaian dengan sistem gain score dan final score pada suatu proses pembelajaran maupun pelatihan. Gain score berarti penilaian yang didasarkan pada pertambahan nilai, yaitu selisih antara hasil penilaian awal dan hasil penilaian akhir yang didapat oleh peserta didik, dan ini yang ditekankan dalam menilai hasil belajar anak. Sedangkan nilai akhir (gain score) menjadi penekanan dalam penilaian yang dilakukan pada olahraga kompetitif.
Seluruh peserta didik dalam suatu sekolah wajib mengikuti seluruh proses pembelajaran dalam pendidikan jasmani, sehingga partisipasi dalam Penjas disebut sebagai partisipasi wajib. Keikutsertaan anak pada suatu kelompok berlatih cabang olahraga tertentu bersifat volunteer atau sukarela.
Perbedaan lain antara Penjas dan olahraga kompetitif adalah pada aspek talent scouting, di mana dalam Penjas hanya dijadikan sebagai dasar dalam masukan awal (entry behaviour) sedangkan pada olahraga kompetitif dijadikan rekomendasi dalam menentukan cabang olahraga spesialis yang akan diikuti oleh anak.
Sehubungan hal tersebut sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Abdul Kadir Ateng, dalam mata kuliah azas dan falsafah pendidikan olahraga tentang proporsi olahraga dan pendidikan jasmani di sekolah, adalah sebagai berikut:
Komponen |
Pendidikan Jasmani |
Olahraga |
Tujuan |
Program yang dikembangkan sebagai
sarana untuk membentuk pertumbuhan dan perkembangan
totalitas subjek |
Program yang dikembangkan sebagai sarana untuk
mencapai prestasi optimal |
Orientasi |
Aktivitas jasmani berorientasi pada
kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan
subjek |
Aktivitas jasmani
berorientasi pada suatu program latihan untuk mencapai prestasi
optimal |
Materi |
Materi perlakuan tidak
dipaksakan melainkan
disesuaikan dengan kemampuan anak |
Untuk mencapai prestasi optimal materi latihan cenderung dipaksakan |
Lamanya perlakuan |
Lamanya aktivitas jasmani yang dilakukan dalam pendidikan jasmani tiap pertemuan
dibatasi oleh alokasi waktu kurikulum.
Di samping itu
juga disesuaikan
dengan kemampuan organ-
organ tubuh subjek |
Lamanya aktivitas jasmani yang dilakukan dalam
latihan olahrag cenderung
tidak dibatasi. Agar individu dapat beradaptasi dengan siklus
pertandingan, aktivitas
fisik dalam latihan harus
dilakukan mendekati kemampuan optimal |
Frekuensi perlakuan |
Frekuensi pertemuan belajar pendidikan
jasmani dibatasi oleh alokasi waktu kurikulum. Namun demikian diharapkan peserta didik
dapat mengulang-ulang keterampilan
gerak yang dipelajari di sekolah pada waktu senggang
mereka di rumah. Diharapkan mereka dapat melakukan
pengulangan gerakan |
Agar dapat mencapai tujuan, latihan harus dilakukan dalam frekuensi yang
tinggi |
|
antara 2 sampai
3 kali/minggu |
|
Intensitas |
Intensitas kerja fisik
disesuaikan dengan kemampuan organ- organ
tubuh subjek |
Intensitas kerja fisik harus
mencapai ambang zona latihan. Agar subjek dapat
beradaptasi dengan siklus
pertandingan kelak, kadang- kadang intensitas kerja
fisik dilakukan melebihi kemampuan optimal |
Peraturan |
Tidak memiliki peraturan yang baku. Peraturan dapat
dibuat sesuai dengan tujuan dan kondisi pembelajaran |
Memiliki peraturan permainan yang baku. Sehingga olahraga
dapat dipertandingkan dan diperlombakan dengan standar
yang sama pada berbagai
situasi dan kondisi |
Pendidikan Jasmani |
Olahraga |
Berjalan
Pembelajaran berjalan pada
pendidikan jasmani ditujukan
pada usaha untuk membentuk
sikap dan gerak tubuh yang
sempurna. Pembelajaran biasanya dilakukan
melalui materi baris-berbaris |
Berjalan
Berjalan pada olahraga
merupakan salah satu nomor dalam cabang atletik. Latihan
berjalan dilakukan dengan secepat-cepatnya melalui teknik dan peraturan yang telah baku |
Lari |
Lari |
Materi lari
pada pendidikan
jasmani dimaksudkanuntuk dapat mengembang-kan keterampilan gerak berlari dengan
baik. Berlari
dapat dilakukan
dalam beberpa teknik; lari zig-zag, lari kijang,
lari kuda, dan beberapa teknik lari lainnya |
Lari pada olahraga
merupakan salah satu
nomor dalam cabang atletik. Latihan dilakukan
untuk mencapai prestasi optomal. Dalam cabang
atletik lari dibagi dalam beberapa
nomor. |
Lompat
Materi lompat dalam
pendidikan jasmani dimaksudkan untuk
dapat mengembangkan keterampilan gerak lompat dengan baik.
Lompat dapat dilakukan
dalam beberapa teknik ; lompat harimau, lompat
kodok, dan beberpa teknik
lompat lainnya. |
Lompat
Lompat pada olahraga merupakan salah satu nomor dalam cabang
atletik. Latihan lompat
pada cabang atletik
dilakukan untuk mencapai
prestasi optimal |
Lempar
Materi lempar dalam
pendidikan jasmani dimaksudkan untuk
dapat mengembangkan ketermapilan gerak lempar dengan
baik. Melempar dapat dilakukan dengan beberapa
teknik; lempar bola, lempar sasaran, dan beberpa teknik lempar
lainnya. |
Lempar
Lempar dalam olahraga
merupakan salah satu nomor dalam cabang
atletik. Latihan lempar
pada cabang atletik
dilakukan untuk mencapai
prestasi optimal. |
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar