Pengembangan Media Layanan Bimbingan Dan Konseling
1. Konsep Dasar Media dalam Pelayanan BK
Komunikasi dan interaksi antara konselor dengan siswa merupakan proses penting dalam keseluruhan layanan bimbingan dan konseling. Interaksi dan komunikasi dilakukan dengan maksud untuk membahas suatu konten atau materi tertentu guna mencapai tujuan layanan yang diberikan. Ketercapaian tujuan layanan bimbingan dan konseling merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan siswa di sekolah, sehingga mereka dapat mencapai perkembangan yang optimal.
Selama proses komunikasi dan interaksi akan selalu terdapat penghalang atau burrier yang menyebabkan pesan atau informasi dari layanan bimbingan dan konseling tidak tersampaikan secara tepat dan akurat. Konselor membutuhkan alat bantu atau perantara yang kemudian disebut sebagai media dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling sehingga dapat mengurangi dampak dari hambatan. Media dapat membantu konselor meminimalisir kemungkinan adanya distorsi pesan, sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima oleh siswa dengan baik. Adapun kontribusi media dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling secara lebih spesifik dipaparkan oleh Burdin dan Byrd (1999) sebagai berikut.
1) Isi layanan bimbingan dan konseling lebih terorganisir dan terpilih.
Penggunaan media membantu konselor dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling sehingga materi dan informasi yang disampaikan lebih terorganisir dan sistematis. Dampaknya, siswa dapat memproses informasi yang diberikan secara lebih mudah dan bermakna.
2) Penyampaian isi bimbingan dan konseling lebih terstandar. Keberadaan media memungkinkan suatu materi bimbingan dan konseling akan tetap memiliki lingkup dan pemaknaan yang sama meskipun disampaikan oleh konselor lain pada tempat dan waktu yang berbeda.
3) Layanan bimbingan dan konseling menjadi lebih menarik. Penggunaan media memungkinkan konselor untuk menarik perhatian siswa karena materi yang dibahas bukan sesuatu yang abstrak. Media juga membantu konselor untuk memberikan layanan secara variatif sehingga tidak terkesan monoton.
4) Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling menjadi lebih interaktif.
Pemanfaatan media memungkinkan konselor memiliki waktu yang lebih banyak untuk berinteraksi dengan siswa. Selain itu, media dapat memberi kesempatan bagi konselor untuk melakukan tanya-jawab guna membahas materi yang disampaikan oleh konselor dengan berbantuan media.
5) Waktu yang digunakan lebih singkat. Keberadaan media membuat waktu yang diperlukan untuk menyampaikan suatu materi atau konten layanan lebih efisien dan lebih singkat. Efisiensi waktu sebagai dampak positif dari penggunaan media memberikan peluang dan waktu tambahan bagi konselor untuk memfasilitasi siswa melakukan aktivitas lain yang lebih bermakna.
6) Kualitas belajar dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dapat ditingkatkan. Penggunaan media membuat siswa dan konselor memiliki gambaran yang konkret tentang isu atau topik yang dibahas dalam bimbingan klasikal. Dampaknya, konselor dan siswa secara kolaboratif dapat membahas isu-isu yang lebih bermakna tentang objek yang disajikan dalam media, seperti menganalisis mengevaluasi, mengkritisi, dan seterusnya.
7) Pelaksanaan layanan bimbingan dan konselirng dapat diberikan kapanpun dan di manapun ketika diperlukan. Apabila suatu konten atau materi atau isu sudah dirangkum dan disajikan sedemikian rupa dalam suatu jenis media tertentu, maka konselor dapat menggunakan media yang dimaksud untuk menyampaikan materi tersebut kapanpun dan di manapun materi tersebut dibutuhkan.
8) Berkembangnya sikap positif individu terhadap apa yang dipelajari dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Media juga berdampak terhadap pensikapan siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan oleh konselor. Jika konselor mempersiapkan media secara komunikatif dan menarik, maka siswa akan mampu memahami bahwa konselor telah mempersiapkan kegiatan secara profesional. Pemahaman ini kemudian membuat siswa memandang bahwa layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang profesional dan konselor sebagai pemberi layanan adalah pihak yang kredibel dan berkompeten.
9) Peran konselor dapat ditingkatkan. Ketiadaan media dalam situasi yang ekstrim membuat konselor menjadi tukang tulis atau tukang dikte bahan yang akan dipelajari dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Namun, dengan menggunakan media konselor dapat berperan sebagai presenter dan fasilitator yang profesional sehingga perannya sebagai pelaksana layanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan secara optimal.
10) Isu yang dibahas dalam kegiatan bimbingan klasikal menjadi lebih konkret. Penggunaan media yang tepat salah satunya adalah konselor dapat menghadirkan contoh atau objek yang konkret sehingga layanan bimbingan dan konseling tidak bersifat abstrak, imajinatif, atau penggambaran semu.
2. Tahapan Pemilihan Media dalam Pelayanan BK
Media yang tepat memerlukan pertimbangan yang seksama dalam pemilihannya. Berikut ini dijelaskan empat tahapan dalam memilih media.
1) Menganalisis peserta didik. Ada dua hal penting yang perlu dianalisis dalam memilih media, yakni karakteristik umum dan kompetensi siswa. Karakateristik umum yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media meliputi usia, kelas, budaya dan status sosial-ekonomi. Usia dan kelas mengindikasikan bahwa tingkat perkembangan siswa penting untuk diperhatikan dalam memilih media. Penggunaan komposisi warna, ukuran media (seperti ukuran huruf), bentuk media yang menarik bagi siswa dalam tahapan perkembangan anak-anak berbeda dengan siswa dalam tahapan perkembangan remaja.
Budaya dan status sosial-ekonomi juga memberi pertimbangan tentang jenis media yang dapat dimanfaatkan, isi media, dan seterusnya. Penggunaan video sebagai media sangat sensitif dengan isu budaya dan kemungkinan sosial- ekonomi. Adapun kompetensi siswa yang perlu diperhatikan adalah pengetahuan dan keterampilan yang dipersyaratkan untuk dapat memanfaatkan atau mengakses media dan sikap siswa terhadap pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Ketika memilih film sebagai media, konselor perlu mempertimbangkan apakah konten film dapat dipahami oleh siswa dengan segala kemampuan yang dimilikinya ataukah tidak. Selain itu, dalam memilih media dipertimbangkan waktu penggunaannya (pagi atau siang; di sela-sela aktivitas yang menggunakan tenaga fisik atau kelelahan secara psikologi/kognitif).
2) Menetapkan tujuan media. Penggunaan media harus bertujuan untuk mendukung pencapaian tujuan layanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, tujuan dimanfaatkan atau dipilihnya suatu media disesuaikan dengan tujuan layanan bimbingan dan konseling. Sangat disarankan agar media yang dikembangkan oleh konselor dapat mengarahkan fokus dan perhatian siswa pada materi atau topik yang sedang disampaikan dalam layanan. Konselor perlu mengantisipasi kemungkinan siswa lebih tertarik pada media yang digunakan daripada memusatkan perhatian mereka pada topik layanan yang diberikan.
3) Memilih media layanan bimbingan dan konseling. Pemilihan media dimulai dari pemilihan format atau jenis media. Beberapa format atau jenis media yang dimaksud meliputi: visual, multimedia/hypermedia, dan format media lainnya. Setelah format media ditetapkan, konselor memilih bahan yang spesifik untuk menyusun media. Misalnya, konselor memilih media jenis visual yaitu poster. Maka, setelah jenis atau format poster dipilih konselor perlu mengumpulkan bahan seperti gambar, foto, grafik, dan beberapa materi terkait dengan topik layanan yang akan diberikan. Pemilihan media perlu memperhatikan beberapa prinsip, yaitu:
a) Media mengikuti tujuan layanan bimbingan dan konseling, bukan mendikte tujuan layanan bimbingan dan konseling. Prinsip ini sangat penting karena semua komponen perencanaan layanan bimbingan dan konseling, termasuk komponen media, diarahkan untuk mencapai tujuan layanan bimbingan dan konseling, yakni pencapaian perkembangan optimal dari setiap siswa.
b) Konselor harus familiar dengan isi dan prosedur penggunaan media yang digunakan dalam layanan bimbingan dan konseling. Setelah memilih jenis atau format media, konselor dituntut untuk mampu mengaplikasikannya. Ketika konselor memiliki kendala dalam mengoperasionalkan media saat pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, maka layanan bimbingan dan konseling akan terhambat dan bahkan tidak berjalan sebagaimana yang direncanakan.
c) Media harus sesuai dengan metode layanan bimbingan dan konseling yang digunakan. Pada hakekatnya penggunaan media diarahkan untuk melayani langkah-langkah dan metode layanan bimbingan dan konseling agar hambatan interaksi dalam layanan bimbingan dan konseling dapat tereliminir sedemikian rupa. Oleh karenanya pemilihan media dalam layanan bimbingan dan konseling perlu mempertimbangkan metode layanan bimbingan dan konseling yang diaplikasikan.
d) Konselor harus memilih media layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kemampuan siswa. Media yang dipilih konselor perlu untuk diselaraskan dengan kemampuan siswa. Artinya, jangan sampai media yang dipilih konselor dalam layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dipahami siswa karena memang mereka belum memiliki pengetahuan prasyarat yang memadai.
Pemilihan media harus objektif dan bukan didasarkan pada bias atau kesukaan konselor. Pemilihan media yang objektif secara berturut-turut didasarkan pada: (a) tujuan layanan bimbingan dan konseling, (b) materi atau pokok bahasan yang disampaikan dalam layanan bimbingan dan konseling, dan (c) relevansinya dengan langkah atau tahapan layanan bimbingan dan konseling. Dengan demikian, bukan berarti ketika konselor terampil membuat slide power point (PPT) maka apapun topik yang dibahas dalam layanan bimbingan dan konseling disajikan dengan media berupa PPT. Jika hal demikian terjadi, maka dapat dimaknai konselor memilih media didasarkan pada preferensi atau kesukaannya sendiri.
e) Pemilihan media didasarkan atas kontribusinya terhadap layanan bimbingan dan konseling dan bukan didasarkan pada kemudahan dalam penggunaan. Media tidak sekedar dipilih karena mudah dan praktis untuk dimanfaatkan. Kontribusi terhadap pencapaian tujuan layanan bimbingan dan konseling, relevansi dengan materi atau konten layanan bimbingan dan konseling, serta dukungan terhadap metode layanan bimbingan dan konseling merupakan pertimbangan yang penting dalam memilih media.
f) Tidak ada media yang sesuai untuk semua tujuan. Setiap media memiliki keunggulan dan kelemahan tertentu. Oleh karena itu, tidak ada media yang senantiasa dapat melayani semua tujuan, topik, dan metode layanan bimbingan dan konseling. Konselor harus bijak dalam memilih dan menggunakan media pada setiap layanan bimbingan dan konseling.
Menggunakan media. Setelah tiga langkah di atas dilalui dengan mempertimbangkan prinsip dalam pemilihan media, maka konselor sudah memilih media yang tepat untuk digunakan dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Penggunaan media dalam layanan bimbingan dan konseling diharapkan sinkron dan relevan dengan langkah-langkah layanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, saat membuat perencanaan langkah layanan bimbingan dan konseling, konselor perlu membayangkan penggunaan media di dalamnya. Contoh, konselor merencanakan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan topik “Etika Berkomunikasi” menggunakan teknik sosiodrama. Konselor merancang media berupa “Papan Perilaku” yang di dalamnya termuat media jenis visual, yaitu gambar diam (kumpulan beberapa foto). Maka, dalam Rancangan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling (RPLBK) harus sudah dituliskan tahap-tahap pelaksanaannya, sedikitnya memuat: (1) bagaimana prosedur sosiodrama akan dilaksanakan; (2) kapan media “Papan Perilaku” akan digunakan; dan (3) bagaimana memadukan sosiodrama dan media “Papan Perilaku.
3. Pengembangan Berbagai Format Media BK
Konselor dapat mengembangkan berbagai format media untuk membantu ketercapaian tujuan layanan bimbingan dan konseling. Beberapa jenis format atau jenis media yang dapat dikembangkan oleh konselor adalah visual, multimedia dan hypermedia, serta simulasi dan game. Adapun penjelasan lebih lanjut dari masing- masing jenis atau format yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1) Visual
Media visual tidak memerlukan peralatan atau perkakas khusus untuk menampilkannya. Jenis media ini mampu menjadikan gagasan atau informasi yang awalnya abstrak menjadi konkret. Suatu gagasan atau informasi yang semula hanya bisa dibayangkan secara imajinatif di dalam mental, menjadi sesuatu yang lebih nyata. Keuntungan media sosial bagi siswa adalah memberi kemudahan dalam memahami suatu gagasan atau objek tertentu dan sekaligus lebih akurat dalam membuat evaluasi atau penilaian tentang suatu objek. Lebih lanjut, media visual sangat bermanfaat bagi konselor yang layanannya memiliki tujuan agar siswa mengidentifikasi orang, benda, atau tempat, dan semua proses kognitif yang melibatkan gagasan atau informasi yang kompleks yang dapat digambarkan dengan diagram atau model.
Smaldino, Lowther, & Russel (2008) menjelaskan beberapa jenis atau format media visual mencakup gambar diam (termasuk sketsa dan diagram), bagan, grafik, poster, dan kartun. Paparan lebih lanjut untuk setiap jenis media visual diuraikan sebagai berikut.
a) Gambar diam, yakni representasi foto-grafis (atau seperti foto) dari orang, tempat, atau benda. Gambar diam banyak ditemukan dalam buku- buku, majalah, koran, katalog, dan kalender. Gambar diam juga dapat berupa bahan cetakan belajar atau ilustrasi yang berukuran besar yang dicetak pada material tahan lama, misalnya seukuran X-banner.
Beberapa foto yang dapat digunakan sebagai bahan media gambar diam di antaranya adalah foto yang diperoleh dari internet, hasil kunjungan ke objek-objek tertentu, foto bidikan dari kejadian atau fenomena tertentu. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang memanfaatkan gambar diam, konselor diharapkan dapat mendorong para siswa membaca gambar tersebut secara lebih seksama sehingga dapat memperdalam penghayatan dan pemahaman tentang suatu gagasan atau informasi yang sedang dibahas.
Contoh penggunaan media visual jenis gambar diam adalah saat konselor membahas tentang pentingnya mempersiapkan karir semenjak sekolah. Guna memenuhi keperluan tersebut, konselor dapat menyajikan gambar diam tentang manusia sukses dan kurang sukses di masa tua, masa produktif, masa persiapan karir (awal dewasa awal), dan masa sekolah. Siswa, diminta untuk mencermati dan mengamati gambar tersebut beserta background- nya dan memberikan komentar serta evaluasi tentang kondisi mana yang layak diperjuangkan.
b) Bagan (charts) atau diagram, adalah representasi visual dari hubungan antar konsep atau gagasan yang abstrak, seperti kronologis, kuantitas, dan hierarki. Penggunaan setiap bagan seharusnya dimanfaatkan untuk menyampaikan satu konsep atau konfigurasi konsep. Oleh karena itu, dalam pembuatan atau pemilihannya konselor dituntut untuk memastikan jumlah bahan visual yang disajikan dan informasi verbal atau kata-kata. Jumlah informasi visual dan verbal atau kata-kata yang terlalu banyak sangat berpotensi membingungkan siswa. Selain itu, pola pengorganisasian antara bahan visual dengan kata-kata juga berpengaruh terhadap keberhasilan atau ketercapaian tujuan layanan bimbingan dan konseling. Pengorganisasian yang berantakan atau tidak terpola secara sistematis sangat membingungkan bagi siswa untuk memaknai pesan utama dari bagan tersebut.
(1) Bagan organisasi, yang menampilkan struktur suatu organisasi yang diikuti pola hubungan antar komponen organisasi beserta sistem komando atau instruksi.
(2) Bagan klasifikasi, merupakan bagan yang sama seperti bagan organisasi tetapi lebih untuk mengelompokkan atau mengkategorisasikan benda, kejadian, spesies. Contoh bagan klasifikasi dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling dapat digunakan untuk menjelaskan pengelompokkan emosi
(3) Time line, merupakan bagan yang menggambarkan hubungan kronologis antar kejadian secara berurutan atau hubungan orang dengan kejadian tersebut. Tegasnya, time line sangat bermanfaat untuk merangkum serangkaian kejadian.
(4) Bagan tabular, merupakan bagan yang berupa tabel yang berisi informasi numerik atau data
(5) Bagan alir (flowchart), merupakan bagan yang menggambarkan suatu urutan, alur suatu prosedur atau aliran suatu proses. Bagan alir memberi visualisasi tentang bagaimana suatu sub-proses saling terkait dengan sub- proses lainnya sehingga membentuk suatu prosedur
Contoh Bagan Alir (Flowchart) Problem Solving
(Sumber: https://weredraggor.deviantart.com/art/Problem-Solving-Flowchart- 75323237)
b) Grafik,
merupakan representasi visual dari data angka-angka. Grafik adalah hubungan antara unit-unit data dan bagaimana pola kecenderungannya. Data yang disajikan dalam bentuk grafik akan lebih cepat ditafsirkan dan dipahami dibandingkan dalam bentuk tabel. Ada empat jenis grafik, yakni garis, batang, lingkaran dan gambar.
2) Multimedia dan hypermedia
3) Simulasi dan game
Sunawan, Ph.D. 2019. Modul 2 Materi Bidang Layanan Bimbingan dan Konseling. Kementerian Pendidikan dan kebudayaan.
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar