Hubungan antara suatu barang/jasa dengan barang/jasa lain dapat dikategorikan menjadi 3: barang/jasa pengganti (substitute), barang/jasa pelengkap (complementer), dan barang netral. Suatu barang/jasa dikatakan sebagai barang/jasa pengganti jika ia dapat menggantikan fungsi barang/jasa yang digantikan. Sebagai contoh adalah, jasa transportasi daring. Jasa transportasi Maxim dapat menggantikan fungsi-fungsi jasa transportasi Grab. Harga barang/jasa pengganti dapat mempengaruhi permintaan atas barang/jasa yang mempunyai fungsi yang sama. Karena itu, jika harga Maxim naik, permintaan terhadap Grab akan meningkat walaupun harganya tidak berubah. Sebaliknya, jika harga Maxim turun, maka permintaan terhadap Grab akan menurun walaupun harganya tetap. Dalam contoh dibawah ini, saat harga Maxim naik dari P1 menjadi P2 jumlah Maxim yang diminta turun dari Q1 menjadi Q2. Hal ini menyebabkan kurva permintaan terhadap Grab bergeser ke kanan (jumlah Grab yang diminta meningkat), yaitu dari Q1 menjadi Q2, walaupun harga Grab tetap (P).
Gambar Kurva permintaan Maxim dan Grab
Barang/jasa pelengkap adalah barang/jasa yang dibutuhkan agar barang/jasa lain bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Contohnya, pulsa adalah barang pelengkap bagi telepon genggam atau sebaliknya. Jika permintaan terhadap telepon genggam meningkat, maka permintaan terhadap pulsa juga akan meningkat (kurva bergeser ke kanan). Sebaliknya, jika permintaan terhadap telepon genggam menurun, maka permintaan pulsa akan berkurang (kurva bergeser ke kiri). Barang netral adalah barang yang tidak mempengaruhi permintaan terhadap barang lain, contohnya adalah sepatu dan kopi, semakin tinggi harga sepatu tidak akan berpengaruh terhadap permintaan terhadap kopi.
3. Pendapatan Masyarakat
Pendapatan dari masyarakat merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan jumlah permintaan terhadap suatu produk. Jika suatu barang adalah barang normal, umumnya kenaikan pendapatan masyarakat akan meningkatkan permintaan terhadap barang tersebut. Contohnya adalah laptop. Jika pendapatan masyarakat meningkat, permintaan terhadap laptop akan meningkat (kurva bergeser ke kanan) meskipun harga laptop tidak berubah. Namun, jika jenis barang adalah barang inferior, peningkatan pendapatan masyarakat cenderung akan menyebabkan penurunan permintaan terhadap barang tersebut. Kompor minyak tanah adalah barang inferior jika dibandingkan dengan kompor gas, sehingga saat pendapatan masyarakat meningkat, permintaan terhadap kompor minyak tanah akan turun.
4. Distribusi Pendapatan
Selain pendapatan masyarakat , distribusi pendapatan juga mempengaruhi corak permintaan masyarakat. Sebagai contoh, seandainya pemerintah menaikkan pajak pendapatan terhadap orang-orang dengan penghasilan tinggi, kemudian pajak tersebut sebagian digunakan untuk menaikkan pendapatan golongan masyarakat berpenghasilan rendah, maka dapat terjadi perubahan permintaan ke atas beberapa jenis barang/jasa. Barang-barang yang biasanya dibeli oleh golongan masyarakat berpenghasilan tinggi yang harganya relatif mahal akan berkurang, sebaliknya barang-barang yang biasanya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan rendah yang harganya relatif mahal akan meningkat.
5. Selera Masyarakat
Jika masyarakat secara umum lebih menyukai produk tertentu (X) dibanding produk lain yang sejenis, maka permintaan terhadap produk X tersebut cenderung meningkat meskipun harga tetap. Misalnya, jika masyarakat lebih menyukai mobil buatan Jepang karena lebih irit BBM dibanding mobil buatan Amerika atau Eropa, maka kurva permintaan terhadap mobil Jepang tersebut akan bergeser ke kanan.
6. Prediksi Mengenai Keadaan di Masa Yang Akan Datang.
Jika ada prediksi bahwa harga BBM akan meningkat beberapa bulan ke depan, maka permintaan terhadap BBM akan meningkat meskipun harga BBM tidak berubah, hal ini akan menyebabkan kurva permintaan BBM akan bergeser kekanan. Sebaliknya, jika para pengamat ekonomi memprediksi bahwa dalam beberapa bulan ke depan akan terjadi resesi ekonomi, maka masyarakat akan cenderung mengurangi konsumsi, termasuk konsumsi BBM. Akibatnya, permintaan terhadap BBM akan berkurang meskipun harga BBM tetap (kurva permintaan BBM bergeser ke kiri).
Jenis-jenis Permintaan
Permintaan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain permintaan berdasarkan daya beli dan jumlah subjek pendukung. Berdasarkan daya belinya, permintaan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu permintaan efektif, permintaan potensial, dan permintaan absolut.
1. Permintaan absolut.
Permintaan absolut adalah permintaan atas barang atau jasa yang tidak diiringi dengan kemampuan untuk membeli, sehingga lebih merupakan angan-angan. Permintaan absolut ini dimiliki oleh semua orang. Misalnya, seseorang ingin membeli sepatu olah raga yang harganya Rp. 1.500.000 tapi tidak memiliki cukup uang untuk membelinya.
2. Permintaan potensial.
Yaitu permintaan atas suatu barang atau jasa yang didukung dengan adanya kepemilikan sejumlah uang atau kemampuan daya beli, namun pembelian atas barang/jasa tersebut masih berupa rencana membeli karena adanya beberapa alternative barang/jasa. Orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk membeli ini biasanya menjadi sasaran iklan untuk mempengaruhi agar mereka melakukan pembelian atas produk tertentu. Misalnya, seorang yang memiliki sisa uang Rp 2.000.000 berencana membeli sepasang sepatu dengan kisaran harga Rp 1.500.000, namun masih belum memutuskan sepatu merk apa yang akan dibeli.
3. Permintaan efektif.
Yaitu permintaan atas suatu produk barang atau jasa yang dilakukan sesuai dengan daya beli yang dimiliki. Misalnya seseorang pada contoh nomor 2 diatas (permintaan potensial) akhirnya membeli sepatu merk “Nyaman”, seharga Rp 1.600.000.
Sedangkan permintaan menurut subjek pendukungnya dibagi menjadi dua jenis, yaitu individual dan kolektif/pasar.
1) Permintaan individu yaitu permintaan yang dilakukan oleh seorang pembeli terhadap barang dan jasa yang akan digunakan untukmemenuhi kebutuhannya.
2) Permintaan kolektif/pasar yaitu permintaan yang dilakukan olehkonsumen secara keseluruhan di dalam pasar.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah barang yang diminta adalah harga barang itu sendiri, maka dapat dikatakan antara harga dengan jumlah barang yang diminta mempunyai hubungan yang erat. Untuk melihat bagaimana hubungan antara harga barang dengan jumlah barang yang diminta perlu dibuat asumsi bahwa faktor-faktor lain yang memengaruhi permintaan tidak berubah atau dalam kondisi ceteris paribus.
Bunyi hukum permintaan yaitu “Jika harga suatu barang meningkat, maka jumlah barang yang diminta akan turun. Sebaliknya, jika harga suatu barang turun, maka jumlah barang yang akan diminta akan meningkat (Cateris Paribus)” Untuk lebih jelasnya lagi bisa dilihat pada video hukum permintaan pada link berikut:
https://bit.ly/2KnB6H9 (Nisa, 2019, Awaluddin dan Wijayati 2018).
Gambar Kurva permintaan berdasarkan tabel permintaan
fungsi permintaan
Hubungan antara harga dengan jumlah barang yang diminta bisa diketahui melalui fungsi permintaan. Fungsi permintaan mengikuti hukum permintaan yaitu apabila harga suatu barang naik maka permintaan akan barang tersebut juga menurun dan sebaliknya apabila harga barang turun maka permintaan akan barang tersebut meningkat. Jadi, hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta oleh konsumen memiliki hubungan yang terbalik, sehingga gradien dari fungsi permintaan (b) akan selalu negatif.
Bentuk umum fungsi permintaan dengan dua variabel adalah sebagai berikut:
Qd = a – bPd
Keterangan:
a dan b = konstanta, dimana b harus bernilai negatif
b = ∆Qd / ∆Pd
Pd = harga barang per unit yang diminta Qd = banyaknya unit barang yang diminta Syarat, P ≥ 0, Q ≥ 0, serta dPd / dQ < 0
Rumus fungsi permintaan:
Keterangan:
Pd1 = harga awal Qd1 = kuantitas awal Pd2 = harga akhir Qd2 = kuantitas akhir
Untuk lebih jelasnya mengenai fungsi permintaan bisa dipelajari lebih lanjut melalui link video berikut
https://youtu.be/psV1orh-OoM (soal perhitungan fungsi permintaan dan fungsi penawaran) (Nisa, 2019).
Elastitisitas Permintaan
Jika seseorang bertanya, untuk menaikkan hasil penjualan/keuntungan, apakah saya harus menaikkan harga jual ataukah menurunkannya? Jawabannya adalah tergantung dari elastisitas permintaan barang tersebut. Elastisitas permintaan harga (selanjutnya disebut elastisitas permintaan) adalah ukuran mengenai seberapa responsif jumlah barang yang diminta terhadap perubahan harga. Hukum permintaan menyatakan bahwa kenaikan harga akan menyebabkan penurunan jumlah barang yang diminta. Namun, hukum permintaan tersebut tidak bisa menjawab pertanyaan “berapa penurunan jumlah barang yang diminta jika terjadi kenaikan harga sebanyak 10%?” pertanyaan tersebut dapat dijawab jika koefisien elastisitas permintaan (Ed) diketahui.
Faktor penting mengenai konsep permintaan adalah elastisitas permintaan. Elastisitas permintaan (Ed) adalah derajat kepekaan yang disebabkan oleh perubahan harga barang sehingga terjadi perubahan pada kuantitas barang yang diminta. Pengukuran elastisitas permintaan adalah dengan tingkat koefisien elastisitas. Elastisitas permintaan juga diartikan sebagai perbandingan persentase perubahan kuantitas barang yang diminta dengan persentase perubahan harga barang itu sendiri.
Koefisien elastisitas permintaan secara matematis dirumuskan seperti berikut:
Hasil yang diperoleh dari perhitungan koefisien elastisitas adalah bernilai negatif. Mengapa? Karena harga dan jumlah barang yang diminta berbanding terbalik (mengalami arah yang berbalikan). Hasilnya, penurunan harga menaikkan permintaan atau kenaikan harga akan menurunkan permintaan. Namun, biasanya tanda negatif diabaikan dalam menghitung koefisien elastisitas. Untuk lebih jelasnya lagi dalam menghitung elastisitas permintaan dengan fungsi simak video dalam link berikut: https://youtu.be/o4kvqO39eho. (Nisa, 2019)
Ada lima jenis elastisitas permintaan:
1) Permintaan elastis: elastisitas > 1.
Prosentase perubahan kuantitas permintaan > prosentase perubahan harga. Ini sering terjadi pada produk yang mudah dicari substitusinya. Misalnya saja pakaian, makanan ringan, barang mewah dan lain sebagainya. Ketika harganya naik, konsumen akan dengan mudah menemukan barang penggantinya.
Gambar permintaan elastis
2) Permintaan tidak elastis: elastisitas < 1.
Prosentase perubahan kuantitas permintaan < dari prosentase perubahan harga. Contoh permintaan tidak elastis ini dapat dilihat diantaranya pada produk kebutuhan. Misalnya beras, meskipun harganya naik, orang akan tetap membutuhkan konsumsi beras sebagai makanan pokok. Karenanya, meskipun mungkin dapat dihemat penggunaannya, namun cenderung tidak akan sebesar kenaikan harga yang terjadi. Sebaliknya pula, jika harga beras turun konsumen tidak akan menambah konsumsinya sebesar penurunan harga. Ini karena konsumsi beras memiliki keterbatasan (misalnya rasa kenyang).
Contoh lainnya yang sejenis adalah bensin. Jika harga bensin naik, tingkat penurunan penggunaannya biasanya tidak sebesar tingkat kenaikan harganya. Ini karena kita tetap membutuhkan bensin untuk bepergian. Sama halnya, ketika harganya turun, kita juga tidak mungkin bepergian terus menerus demi menikmati penurunan harga tersebut.
Karakteristik produk yang seperti ini mengakibatkan permintaan menjadi tidak elastis.
Gambar Permintaan tidak elastis
3) Permintaan uniter elastis: elastisitas = 1.
Prosentase perubahan kuantitas permintaan = prosentase perubahan harga. Contoh produk yang elastisitasnya uniter tidak dapat disebutkan secara spesifik. Jenis permintaan ini sebenarnya lebih sebagai pembatas antara permintaan elastis dan tidak elastis, sehingga belum tentu ada produk yang dapat dikatakan memiliki permintaan uniter elastis. Contoh: barang-barang elektronik.
Gambar Permintaan tidak elastis
4) Permintaan elastis sempurna: elastisitas tak terhingga.
Dimana pada suatu harga tertentu pasar sanggup membeli semua barang yang ada di pasar. Namun, kenaikan harga sedikit saja akan menjatuhkan permintaan menjadi 0. Dengan demikian, kurvanya berbentuk horisontal. Contoh produk yang permintaannya bersifat tidak elastis sempurna diantaranya barang/jasa yang bersifat komoditi, yaitu barang/jasa yang memiliki karakteristik dan fungsi sama meskipun dijual di tempat yang berbeda atau diproduksi oleh produsen yang berbeda.
Dengan demikian, secara nalar barang/jasa tersebut seharusnya memiliki harga yang sama pula. Misalnya saja paperclip dan pen tinta biasa (seperti pen merek S dan P yang rata-rata berharga 1000-1500). Jika kita pergi ke supermarket untuk membeli paperclip, misalnya, kita cenderung tidak akan memperhatikan perbedaan merek. Satu-satunya yang sering kita jadikan bahan perbandingan adalah harga, dimana kita akan membeli paperclip yang harganya paling murah (atau pada harga rata-rata yang diterima pasar). Akibatnya, bagi perusahaan yang menjual paperclip diatas harga rata-rata, permintaan akan barangnya akan turun ke nol. Ini karena semua paperclip, meskipun harganya berbeda -beda, memberikan fungsi yang sama. Contoh: bumbu dapur.
Gambar Permintaan elastis sempurna
5) Permintaan tidak elastis sempurna: elastisitas = 0.
Perubahan harga tidak mempengaruhi jumlah yang diminta. Dengan demikian, kurvanya berbentuk vertikal. Kurva berbentuk vertikal ini berarti bahwa berapapun harga yang ditawarkan, kuantitas barang/jasa tetap tidak berubah. Contoh barang yang permintaannya tidak elastis sempurna adalah tanah (meskipun harganya naik terus, kuantitas yang tersedia tetap terbatas), lukisan milik pelukis yang telah meninggal (berapapun harga yang ditawar atas lukisan, pelukis tersebut tidak akan mampu menambah kuantitas lukisannya), dan contoh lainnya yang sejenis obat-obatan pada waktu sakit.
Gambar Permintaan elastis sempurna
Pada waktu harga smartphone Rp 4.000.000 per unit, jumlah smartphone yang dibeli masyarkat adalah 10.000 unit. Pada waktu harga smartphone turun menjadi Rp 3.000.000 per unit, jumlah smartphone yang dibeli konsumen 15.000 unit. Hitunglah nilai koefisien elastisitas dari permintaan smartphone tersebut.
Nilai negatif pada koefisien elastisitas permintaan akan selalu terjadi karena harga dan jumlah barang yang diminta selalu bergerak kearah yang berlawanan.
Faktor penentu elastisitas permintaan atas suatu barang ada tiga, yaitu:
1. Banyaknya barang pengganti.
Semakin banyak barang yang dapat menggantikan barang tertentu (X), maka semakin elastis barang X tersebut dan sebaliknya. Jika barang X memiliki banyak pengganti, kenaikan harga barang X yang sedikit dapat menyebabkan banyak konsumen meninggalkan barang X dan beralih ke produk lain yang sejenis. Sebaliknya, jika tidak banyak produk yang dapat menggantikan barang X, walaupun harga X meningkat secara signifikan, permintaan terhadap X tidak akan berkurang banyak.
2. Prosentasi pendapatan yang dibelanjakan.
Prosentasi harga barang terhadap penghasilan masyarakat ikut menentukan elastisitas barang tersebut. Contoh, jika harga sebatang coklat seharga Rp. 5.000 naik 10% menjadi Rp. 5.500, kenaikan itu tidak akan banyak mengurangi jumlah permintaan terhadap coklat tersebut karena harga coklat tersebut sangat kecil dibandingkan dengan pendapatan rata-rata masyarakat. Namun, jika harga sebuah laptop naik 10% dari Rp. 3.000.000 menjadi Rp. 3.300.000, maka sangat mungkin jumlah permintaan terhadap laptop tersebut akan berkurang, konsumen akan mencari laptop merek lain yang lebih murah. Hal ini adalah karena harga laptop tersebut memiliki prosentase yang cukup besar terhadap pendapatan rata-rata masyarakat.
3. Jangka waktu analisis.
Semakin lama jangka waktu analisis terhadap permintaan suatu barang, semakin elastis sifat permintaan tersebut. Hal ini terjadi karena dalam jangka waktu yang singkat, perubahan-perubahan harga yang terjadi di pasar belum banyak diketahui oleh masyarakat, sehingga mereka cenderung membeli barang yang biasanya dibeli. Namun dalam jangka panjang, dimana pembeli sudah memiliki pengetahuan mengenai perubahan harga, mereka akan mencari produk dengan harga terendah.
Komentar
Posting Komentar